11. Pria Misterius

2.8K 319 22
                                    

Ghea berjalan menghampiri teman-temannya dengan tatapan yang tak lepas dari layar ponsel. Dari dapur hingga duduk di sofa ruang tengah pun senyum Ghea senantiasa terukir.

Ketiga teman Ghea tentu saja merasa heran. Tidak biasanya Ghea seperti ini. Farah menoel tangan Nadin, lalu melirik-lirik ke arah Ghea, memberi isyarat bertanya. Nadin mengedikan bahunya tak tahu.

"Lo kenapa, Ghe?" tanya Sasha yang duduk di sebelah Ghea. Sedangkan Farah dan Nadin duduk di karpet bulu yang berada di lantai. Malam ini keempatnya tengah nobar film horor di rumah Sasha.

Ghea hanya tersenyum penuh arti, kemudian mengambil salah satu gelas es jeruk di atas meja dan meneguknya.

"Kesambet kali tuh Ghea," ujar Farah sambil menyuapkan pop corn ke dalam mulut dan mengunyahnya dengan hati-hati. Takut maskernya rusak.

"Panggil ustadz cepet, biar diruqyah. Kasian juga jin-nya nanti kalo dibiarin lama-lama di badannya dia." Nadin menyahut, berniat memancing Ghea. Namun, Ghea tetap tidak terpengaruh dan terus fokus dengan ponselnya.

Sasha merapatkan tubuhnya dengan tubuh Ghea, lalu mengintip ponsel gadis itu. "Galen?" Sasha membaca nama yang tertera di room chat ponsel Ghea.

"Galen?!"

"Galen?!"

Farah dan Nadin terlihat sama-sama terkejut.

"Chat-nya mesra banget. Lo jadian sama Galen, Ghe?" tanya Sasha.

Farah buru-buru bangkit dari duduknya, kemudian ikut mengintip ponsel Ghea penuh penasaran. "Bener, nih! Ghea jadian ya sama Galen?!"

Ghea berdecak saat masker Farah yang mulai mengering berjatuhan mengenai baju tidurnya. "Issh! Faraaah! Masker lo kena baju gue, nih! Kalo lagi maskeran tuh jangan banyak gerak. Sana, jauh-jauh!"

"Wiisss! Hebat! Akhirnya ada juga yang bisa cairin cowok beku setengah cair itu," komentar Nadin bertepuk tangan.

"Kalian kapan jadiannya?" tanya Farah.

"Umm ... sekitar enam hari yang lalu," jawab Ghea seraya tersenyum.

"Tuuh, 'kan! Udah lama. Kok gak bilang sama kita, sih?!"

"Hiih, ngapain juga. Sangat tidak berfaedah."

"Ihh, Gheaaa! Kan, kita temennya Ghea! Sahabat! Parah banget, deh." Farah mencebik kesal.

"Yaudah, sih. Yang penting 'kan sekarang udah tau."

"Pantesan gue liat akhir-akhir ini lo sering merhatiin Galen. Ternyata udah ehem, ya?" goda Sasha menoel-noel dagu Ghea.

"Au tuh si Ghea. Diam-diam menghanyutkan," timpal Farah, lalu beralih menatap Nadin. "Terus Nadin kapan nyusul sama Elang, nih?" Farah menaik-turunkan alisnya dengan tatapan menggoda.

"Udah deh, Far. Jangan mulai. Gue lagi PMS loh. Mau gue cakar ntar?"

"Halah. Padahal dalem hatinya ngarep banget biar Elang cepet-cepet nembak. Iya gak, Nad?"

"Beneran mau gue cakar ni anak kayaknya." Nadin menggulung lengan bajunya, bersiap untuk menghajar Farah jika Farah terus memancingnya setelah ini.

"Eh, eh, ehh ... ampun! Iya, Nad, iya. Farah minta maaf, deh. Jangan ngamuk, ya? Nadin serem kalo lagi ngamuk. Hehe."

"Kalian beneran mau nginep di sini, kan?" tanya Sasha sambil mengunyah kacang yang baru ia ambil dari dalam toples kaca di pangkuannya.

"Beneran dong, Sha. Males banget gue kalo pulang malem-malem gini," jawab Nadin.

Farah menyahut setuju, "Hooh. Apalagi Farah."

"Halah, bilang aja takut lo."

"Naah, itu juga termasuk. Hehe."

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang