02. Mengenal Geng Alarga

5.6K 458 45
                                    

Now Playing || Intuisi - Yura Yunita🎼

Sasha berjalan masuk ke dalam kelas dengan tatapan kosong. Gadis itu masih memikirkan kejadian tadi, lebih tepatnya memikirkan sikap ketus Kaisar padanya. Jika memang lelaki itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Sasha, setidaknya berikan alasan yang jelas. Baru setelah itu Sasha akan mempertimbangkan antara mengiyakan atau menolaknya.

Namun, yang dilakukan seorang Kaisar Mahatma Respati malah membuat Sasha bingung. Bukannya memberi Sasha jawaban, Kaisar malah berpura-pura tidak mengenalnya. Apa maksudnya coba? Tidak mungkin 'kan Kaisar amnesia? Duh, gawat kalau semisalnya hal itu benar-benar terjadi.

Di tengah langkah, tiba-tiba sebelah kaki Sasha tak sengaja tersandung bangku hingga ia terjengkang ke depan. Seraya mengusap lutut yang berdenyut nyeri Sasha pun bergerak bangkit. Dengan kesal ditendangnya bangku itu hingga bergeser beberapa senti.

"Siapa sih yang naruh nih bangku di sini?! Ngalangin jalan aja!" protes Sasha.

Tidak ada yang menyahut. Semua murid di kelas itu asyik sendiri dengan aktivitasnya. Sasha dikacangi. Tak apalah. Jadi Sasha tidak perlu menahan malu karena tingkah cerobohnya tadi. Kecuali ... Nadin. Sedari Sasha masuk pun Nadin sudah memperhatikan Sasha. Bahkan saat ini gadis itu masih tertawa terpingkal-pingkal sampai memukuli meja.

"Sasha-Sasha, makanya kalo jalan tuh pake mata," ujar Nadin di sela-sela tawanya.

"Jalan ya pake kakilah, mana bisa jalan pake mata. Yang ada perih nanti mata gue!" jawab Sasha kesal.

"Maksud gue tuh kaki lo buat jalan, trus mata lo buat liat jalannya. Lagian lo lagi mikirin apa sampe bangku pun lo tabrak juga?"

"Nad, tadi gue ketemu mantan gue yang gue ceritain waktu itu, loh."

"Jadi dia beneran sekolah di sini. Terus gimana?"

"Gue bingung, Nad," ungkap Sasha begitu duduk di sebelah Nadin.

"Bingung kenapa?"

"Dia kayak bukan dia yang gue kenal. Dia bahkan acuh banget. Penampilannya berantakan, padahal dulu dia selalu rapi. Dulu pas mau naik kelas sebelas, dia tiba-tiba mutusin gue tanpa alasen terus pindah ke sini. Gue gak tau sumpah salah gue apa sama dia."

"Gitu, ya. Coba deh lo pikir-pikir lagi salah lo sama dia apa."

"Udah, Nad. Gue gak pernah ngelakuin kesalahan fatal kok waktu masih pacaran sama dia. Gue inget banget. Berantem juga paling berantem kecil, debat kecil gitu loh. Abis itu udah baikan. Gue malah ngerasa kalo dia lagi nyembunyiin sesuatu dari gue. Apa mungkin dia lagi ada masalah pribadi? Tapi kenapa marahnya malah sama gue?"

"Lo udah nanya sama dia tentang alesan dia mutusin lo?"

"Udah. Dia gak mau jawab dan malah terkesan kek ngehindar gitu."

"Hmm ... kalo gitu sih gue juga bingung." Nadin mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke atas bangku, terlihat berpikir keras. "Mungkin aja masalah dia berkaitan sama lo. Jadi ya, imbasnya ke lo."

"Mungkin ... kira-kira masalah apa, ya?"

Nadin mengedikkan bahu. "Nama mantan lo siapa emang?"

"Kaisar."

"Maksud lo anak kelas sebelas IPS satu bukan?"

"Bukan, Nad. Mantan gue udah kelas dua belas. Kan, udah dibilang tadi.”

"Ooh, Kaisar kelas dua belas? Ketua geng Alarga itu?"

"Hah?! Geng Alarga?! Geng Alarga apaan?!" cecar Sasha terkejut.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang