32. Pernyataan Keira

1.9K 195 58
                                    

Now Playing || Bimbang - Melly Goeslaw🎼

***

WARNING: Siapin bantal atau samsak karena chapter ini bener-bener nguras emosi⚠

“Aidan, Kaisar, makasih ya udah mau dateng ke acara ulang tahunnya Tante. Makasih juga buat hadiahnya. Tau aja deh apa yang Tante suka,” ucap Sere kepada Aidan dan Kaisar.

“Iya, Tan. Maaf ya Sasha gak bisa dateng. Dia gak enak badan katanya, terus gak sempet bungkus kado,” jawab Aidan.

Tante Sere tersenyum memaklumi. “Iya, gapapa. Tante ngerti.”

“Kalo gitu saya sama Kaisar pamit ya, Tan. Makasih loh udah masak yang enak-enak buat saya.”

“Yee, nyokap gue masak 'kan buat acara ultahnya, bukan dikhususin buat lo,” jawab Keira sambil tersenyum geli. Aidan balas nyengir. Ia bangkit dari kursinya kemudian menyalimi tangan Sere dan Denis—ayah Keira.

Saat Kaisar berdiri dan hendak ikut menyalimi tangan orang tua Keira, Keira tiba-tiba menahan. “Sar, lo di sini bentar lagi, ya. Ada yang mau gue omongin. Pliss.”

Aidan menepuk bahu Kaisar. “Kalo gitu gue balik duluan ya, Sar,” katanya. Kaisar mengangguk mengiyakan. “Assalamu'alaikum, Tan, Om.”

“Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya, Dan,” pesan Sere.

“Jangan ngebut, loh. Utamain keselamatan kamu,” lanjut Denis. Aidan balas tersenyum dan melakukan gestur hormat sebelum akhirnya berjalan keluar dari kediaman mereka.

“Yah, Bun, Keira sama Kaisar mau ke atas,” ujar Keira.

“Mau ngobrol di kamar kamu?” tanya Denis.

“Iya.”

“Ya udah, asal jangan ditutup pintunya.”

“Okey, Yah.”

Keira dan Kaisar pun beranjak dari ruang makan. Mereka berjalan ke lantai atas menuju kamar Keira. Keira membiarkan Kaisar masuk terlebih dahulu, baru setelah itu ia yang menyusul. Namun, tanpa diduga Keira malah menutup pintu dan menguncinya.

“Kei?” Kaisar menatap Keira terkejut. Ia menunggu respon Keira tapi cewek itu hanya diam berdiri membelakanginya. “Keira!” Setelah panggilan Kaisar yang kedua akhirnya Keira berbalik. Raut wajah cewek itu benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat.

“Gue tau lo bakal ngehindar kalo gue bahas ini.” Keira kemudian bersandar di pintu, mengusap kasar wajahnya. “Sar, gue tau sebenernya lo udah tau lama soal perasaan gue ke lo. Tapi kenapa ... kenapa lo cuma diem?”

“Keira–”

“Ssstt!” Keira menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, kemudian bergerak mendekati Kaisar. “Lo tau alesan gue ke Jakarta apa? Selain karena liburan dan jenguk makam almarhumah nenek sama almarhum kakek gue di sini, alesan gue yang paling utama adalah mau ketemu lo lagi. Gue suka sama lo, Sar. Gue cinta sama lo!”

Kaisar hanya berdiri terdiam menatap Keira. Ia membiarkan cewek itu mengatakan semua yang ingin ia keluarkan. Ia pun yakin jika Keira tak akan membiarkannya bicara sebelum cewek itu selesai berbicara.

“Lo udah gak suka sama Sasha, 'kan? Kalo gitu kasih gue kesempatan buat milikin lo sekali aja. Gue mohon.” Mata Keira mulai berkaca-kaca. “Gue bakal buktiin kalo gue lebih baik dari Sasha. Gue mohon kasih gue kesempatan. Gue udah capek berlagak seolah gak punya perasaan apa pun ke lo. Gue capek ngeliat lo terus menerus deket sama cewek itu.”

Tangis Keira pecah. Kakinya lemas hingga tak mampu lagi menahan berat tubuhnya. Ia terduduk di lantai dengan bahu berguncang. Sejujurnya Kaisar tak tega melihat Keira seperti ini. Terlebih Keira itu bukan orang luar lagi. Keira dan orang tuanya sudah banyak berbuat baik padanya dari dulu.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang