34. Tulus

2.1K 199 0
                                    

Now Playing || Finding Hope - Without You ( Feat. Holly Drummond 🎼

Malam itu, seorang gadis berambut panjang tengah berjalan pelan di atas trotoar. Tatapannya tampak kosong, dengan air mata yang tak henti mengaliri pipi putihnya. Entah ke mana ia akan menuju. Sedari awal ia tak punya tujuan.

Ia hanya berniat menenangkan diri, tetapi rasanya tak ada tempat yang pas untuk itu. Alhasil ia hanya terus berjalan tak tentu. Ia pun tak mempedulikan pandangan orang-orang yang menatap heran ke arahnya. Persetan dengan apa yang mereka pikirkan.

Bayangan-bayangan menyakitkan tak henti berputar di kepalanya. Padahal ia sudah berusaha keras menghilangkan itu semua, tapi rasanya sangat sulit. Semakin berusaha dilupakan, malah semakin teringat. Satu yang menjadi pertanyaan, mengapa Tuhan tidak adil?

Di tengah lamunannya, ia terkejut saat merasa sebelah kakinya tak menapak trotoar lagi, melainkan jalanan aspal yang letaknya lebih rendah dari trotoar. Alhasil tubuhnya terhuyung ke samping dan hampir terserempet motor yang sedang melaju cukup kencang.

Beruntung sebelum hal buruk itu terjadi padanya, seseorang dengan sigap menarik tangan gadis itu.

"Kei, astaga. Lo gapapa?" Aidan menatap khawatir Keira yang masih tampak syok. Napas Keira sedikit terengah.

Keira menggeleng, lantas menghambur memeluk Aidan begitu erat. Tangisnya pecah. Isakannya mulai terdengar. Aidan tentu terkejut. Ia yakin Keira menangis bukan karena hampir terserempet, melainkan karena hal lain. Apa hal yang Aidan tak ketahui?

Aidan balas memeluk Keira. Diusapnya rambut dan punggung cewek itu dengan harapan bisa sedikit menenangkan Keira. Aidan mengajak Keira memasuki area taman, berniat mencari tempat duduk. Tak perlu waktu lama akhirnya mereka pun menemukan sebuah kursi kayu panjang yang terlihat kosong.

Perlahan Aidan menuntun Keira untuk duduk di sana, baru kemudian ia ikut duduk di sebelah Keira. "Hei, kenapa? Lo lagi ada masalah? Cerita sama gue," ujar Aidan lembut. Keira berusaha menghentikan tangisnya agar bisa menjawab pertanyaan Aidan.

"Dan ...," panggil Keira yang masih sesenggukan.

"Kenapa?"

"Tadi ... gue ngungkapin perasaan gue ... ke Kaisar."

"Terus?"

"Dia nolak gue."

Aidan menghela napas panjang. Tangannya terulur, menghapus air mata di pipi Keira kemudian menyelipkan anak rambut cewek itu ke belakang telinga. "Jadi abis ini lo mau gimana?"

Keira menunduk, lantas menggeleng lemah. Aidan menarik kepala Keira hingga bersandar di dadanya, dan bersamaan dengan itu pula Keira kembali terisak. Jujur saja, Aidan benar-benar tak tega melihat Keira sekarang.

"Gue udah ... ngumpulin keberanian buat ngungkapin ... perasaan gue ke ... Kaisar. Gue udah jatuhin ... harga diri gue ... buat dia, tapi tetep ... aja Kaisar gak ... mau sama gue. Gue ... kurang apa, Dan? Apa yang Sasha punya dan gue gak punya?" tanya Keira sesenggukan. Aidan mengelus rambut Keira guna menenangkannya.

"Kei ... gue boleh minta satu hal?"

"Apa?"

"Jauhin Kaisar," balas Aidan membuat Keira sedikit terkejut. "Sekarang udah jelas, 'kan? Sekarang lo tau kalo Kaisar emang gak bisa nerima siapa pun. Cari orang lain yang lebih bisa ngehargain lo, ngehargain perasaan lo. Lo cantik, Kei. Lo berbakat. Yang mau sama lo banyak. Gue dukung lo sama siapa pun, yang penting orang itu baik dan lo nyaman sama dia."

"Kenapa Tuhan gak adil sama gue, Dan? Bahkan lo ... lo bisa sama-sama sama orang ... yang lo suka meski cuma ... sebentar. Lo bisa ngerasain ... perhatian dia ... segala macem. Tapi kenapa ... gue gak bisa ... ngerasain itu?"

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang