45. Feeling Better

718 67 18
                                    

Now Playing || Taylor Swift - You Belong with Me🎼🎶

Jordi tersadar. Ia meringis kecil begitu merasakan pening perlahan kembali menyerang kepalanya. Tubuhnya pun terasa begitu lemas. Saat kedua kelopak mata Jordi terbuka sempurna, ia lantas melihat sekeliling. Dahinya berkerut bingung. Tempat itu begitu asing.

Tatapan Jordi beralih kepada seseorang di sampingnya. Dengan posisi setengah duduk, Maudi tampak begitu lelap tertidur. Tunggu, apakah sekarang Jordi tengah berada di kediaman Maudi? Apa Maudi sampai ketiduran karena menunggunya sadar? Tapi sebentar, bagaimana bisa Jordi ada di sini? Seingat Jordi, terakhir kali ia pingsan di taman tadi.

Apakah Maudi yang membawa Jordi ke sini? Itu mustahil. Bagaimana mungkin Maudi kuat mengangkat Jordi sendirian?

"Udah bangun lo?" Suara bariton seseorang yang baru saja datang membuat Jordi sedikit tersentak. Sosok cowok asing bertubuh jangkung itu kemudian duduk di sofa lain. "Bingung ya lo tiba-tiba ada di sini?"

"Gue kok bisa di sini?"

"Kita yang bawa lo ke sini. Tadi lo pingsan di taman."

"Ah, gitu. Gue gak inget. Ngomong-ngomong, lo siapa, ya?"

"Gue-"

"Jordi?" panggil Maudi yang baru terbangun. Ia melotot saat menyadari dirinya malah ketiduran. Padahal Maudi sudah berusaha sekuat tenaga menahan kantuknya. Ia tadi tidak ngorok, 'kan? Oh, jangan sampai itu terjadi! Bisa-bisa jelek image Maudi di mata Jordi.

"Mau, tadi kalian yang bawa gue ke sini, ya?" tanya Jordi membuat Maudi kontan mendongak. Rasa khawatir kembali menyelusup ke dalam hati Maudi saat melihat wajah Jordi yang begitu pias.

"Tadi gue cek badan lo panas banget. Kayaknya lo demam. Gimana rasanya sekarang? Pusing?"

Jordi mengangguk.

"Pusing doang?"

Jordi mengangguk lagi.

"Umm ... ini gue bikinin teh anget buat lo." Maudi kemudian mengecek teh yang baru dibuatnya beberapa menit lalu. Syukurlah teh itu belum dingin. Ia pun menyodorkan teh hangat itu ke arah Jordi. "Lo minum, ya?"

"Makasih," jawab Jordi menerima teh yang disodorkan Maudi. Ia lalu merubah posisinya menjadi setengah duduk dan mulai menyesap tehnya perlahan.

"Lo udah makan?"

"Belum."

"Berarti belum minum obat, dong? Kalo gitu lo makan bubur dulu, ya. Udah gue bikinin tadi."

"Eh, gak usah, Mau!"

"Lo harus makan, Di. Nanti 'kan lo bakal minum obat."

"Gue-"

"Udah, pokoknya lo harus makan. Gue mau ke belakang dulu, mau manasin bubur sekalian nyiapin obat buat lo. Gue tinggal bentar gapapa, 'kan?"

"I-iya ... gapapa, kok."

"Gam, titip Jordi, ya," ujar Maudi kepada Agam. Agam refleks memberi gesture hormat. Ya, sosok cowok jangkung yang berbicara dengan Jordi tadi adalah Agam.

Sepeninggal Maudi, Jordi pun menaruh gelas yang dipegangnya ke atas meja. Ia menatap penasaran Agam yang tengah sibuk memainkan ponsel. Sebenarnya apa hubungan Agam dan Maudi? Apakah Agam kakak Maudi? Sepupunya? Atau tetangganya?

Jika diperhatikan lebih jelas, wajah Agam sebenarnya seperti mirip Maudi. Hanya saja warna kulit cowok itu lebih gelap. Lebih tepatnya sawo matang. Benar ... mulai dari hidung, alis, bentuk bibir, hingga tatapan mata Agam memang mirip dengan Maudi. Jadi Agam itu kakak Maudi?

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang