23. Truth or Dare

2.6K 258 46
                                    

Now Playing || Lebih Baik Darinya - Agatha Chelsea🎼

Acara yang teman-teman Sasha rencanakan benar-benar terjadi. Hampir semuanya hadir di acara itu, termasuk Elang. Mengetahui Elang datang, Nadin tentu merasa senang. Wajahnya yang semula lesu, menjadi kembali bersemangat ketika melihat motor Elang memasuki pekarangan rumah Kaisar.

Yah mungkin hanya satu orang yang tidak bisa hadir di acara itu. Yup, Galen. Entah apa yang membuat cowok itu tidak bisa datang. Setahu Sasha, kemarin di sekolah Ghea dan Galen sempat bertengkar. Mungkin Galen sudah mengetahui kabar tentang Ghea dan Aidan yang berciuman di taman waktu itu.

Sasha pun sebenarnya malas datang. Namun, Sasha tak bisa menolak karena Nadin dan Farah memaksanya. Setelah acara barbeque party selesai dilaksanakan, Sasha memutuskan untuk menyendiri di rooftop rumah Kaisar. Ia menatap ke atas langit seraya memegang mug berisi cokelat panas.

Tak lama, Aidan datang dan berdiri di samping Sasha. Sasha sama sekali tidak bergeming. Sepertinya Sasha melamun. Aidan pun melepas jaketnya, lalu memakaikannya ke bahu Sasha. Sasha tersentak dan ia refleks menoleh ke arah Aidan.

Aidan tersenyum hangat. "Lagi ngelamunin apa sih, Sha?"

Sasha diam tidak menjawab. Ia kembali menatap langit. Tidak ada bintang yang selalu menemani langit akhir-akhir ini. Pasti langit itu merasa kesepian.

"Sha ...," panggil Aidan yang sama sekali tak dihiraukan Sasha.

Sasha tetap bungkam. Ia memilih untuk beranjak dari tempat itu. Saat ia baru melangkah satu kali, Aidan tiba-tiba saja mencekal pergelangan tangannya.

"Mau ke mana?" tanya Aidan.

"Lepas! Aku mau pergi!" Sasha berusaha melepaskan cekalan Aidan, tetapi hal itu malah membuat gelas yang dipegang Sasha jatuh dan pecah berserakan di lantai.

Hancur. Seperti perasaan Sasha tiga hari belakangan ini. Mata Sasha menatap nanar gelas yang telah berubah menjadi kepingan-kepingan di dekat kakinya itu.

Aidan menghela napas, lalu segera menarik Sasha menjauh dari pecahan gelas tadi. Ia sempat terkejut saat melihat Sasha menitihkan air mata.

"Sha, kamu kenapa? Kaki kamu kena beling? Mana, coba aku lihat." Aidan berjongkok dengan raut cemas, dan sejurus kemudian Sasha mundur menjauhi Aidan.

"Kalo kamu gak suka sama aku, kenapa kamu malah nembak aku, Dan?" Susah payah Sasha bertanya, tenggorokannya terasa begitu tercekat.

"Maksud kamu?"

"Kamu mantannya Ghea, 'kan?"

"Iya, dia mantan aku. Tapi-"

"Kamu masih suka sama Ghea?"

"Dengerin penjelasan aku dulu, Sha. Waktu itu aku-"

"Kamu cukup jawab iya atau enggak!" potong Sasha penuh penekanan.

"Enggak!" Dengan lantang Aidan mengatakan itu. "Aku cuma suka sama kamu. Tolong ... percaya sama aku," mohon Aidan.

"Aku bener-bener kecewa sama kamu, Dan. Padahal selama ini aku selalu percaya sama kamu. Tapi balasan kamu apa? Rasa sakit!"

"Sasha, plis ... percaya sama aku. Kamu salah paham." Aidan hendak menggenggam tangan Sasha, sayang Sasha langsung menepisnya.

Sasha menghirup udara di sekitarnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. "Aku gak mau ngelanjutin hubungan sama orang yang gak suka sama aku. Kita putus ya, Dan?"

Aidan menatap Sasha terkejut. Ia spontan menggelengkan kepalanya. "Gak, Sha. Aku sayang sama kamu. Tolong ...."

"Sayang? Kamu bilang sayang? Kalo kamu sayang sama aku, kamu gak akan mungkin ngelakuin hal itu sama Ghea, Dan!"

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang