03. Origami Kenangan

3.8K 414 34
                                    

Now Playing || Pupus - Hanin Dhiya🎼

Saat ini Kaisar tengah duduk sendirian di kursi panjang depan kelas. Pikirannya melayang pada perkataan Jordi tadi pagi. Ia mengatakan bahwa geng Thunder kembali membuat onar dengan mengacak-acak tempat tongkrongan Alarga.

Rencananya, nanti sore selepas pulang sekolah semua anggota Alarga akan pergi memperbaiki warung Abah Udin, baru setelah itu Kaisar dan anggota gengnya yang lain akan menerima tantangan Geri untuk berduel di markas mereka.

"Wussshh~" Sebuah burung kertas berwarna jingga tiba-tiba melintas di depan wajah Kaisar. Kedua bola mata beriris hitam pekat miliknya spontan bergerak mengikuti arah laju benda itu. Kedua alisnya bertaut.

Perlahan pandangan Kaisar naik, menatap sang pemilik tangan yang memegang burung kertas tersebut.

"Hai, Kaisar! Sendirian aja, nih? Jomblo, ya?" sapa Sasha dengan senyum cerahnya. Ia kemudian duduk di sebelah Kaisar.

"Ngapain lo di sini?" tanya Kaisar dingin. Tatapannya tak beralih sedikit pun dari langit di atasnya.

"Menurut kamu ngapain?" Sasha malah balik bertanya dan itu membuat Kaisar semakin kesal. "Ah, ya ... tadi pagi aku belum sempet nanya kabar kamu. Kamu sih main pergi gitu aja. Padahal masih banyak yang mau aku obrolin. Kamu apa kabar?" tanya Sasha.

"Baik sampai lo datang lagi ke hidup gue."

Sasha tertawa lirih. "Aku gak tau kesalahan apa yang aku perbuat dulu sampe kamu berubah kayak gini. Aku udah ngupayain yang terbaik supaya hubungan kita gak berakhir, tapi ... tiba-tiba kamu mutusin hubungan kita secara sepihak."

"Berhenti bahas sesuatu yang udah gak penting buat dibahas. Setelah ini, jangan berani muncul di depan gue lagi."

"Sebenernya, apa alasan kamu mutusin aku waktu itu? Apa karena aku pernah ngelakuin kesalahan? Kalo gitu, aku minta maaf. Tapi kenapa kamu gak pernah cerita masalahnya ke aku, Sar?" tanya Sasha beruntun.

"Gue bosen sama lo." Kaisar menjawab cepat. "Itu alasan gue."

Hanya sebatas empat patah kata, tapi rasanya hati Sasha serasa diremas oleh tangan tak berwujud. Ia tersenyum masam, dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang diucapkan Kaisar padanya barusan tidak benar.

"Oh, ya? Tapi kok aku agak gak yakin ya sama alesan kamu?"

"Terserah."

"Terus, kenapa waktu kamu mau pindah ke sini, kamu gak bilang dulu sama aku?"

Kaisar tersenyum sinis. "Kenapa harus bilang dulu sama lo? Emang lo siapa?"

Pertanyaan Kaisar barusan bagai tamparan bagi Sasha. Benar apa yang Kaisar katakan padanya, memangnya Sasha siapa berhak tau urusan Kaisar?

Sasha menundukkan kepala, memandang burung kertas di tangannya dengan tatapan sendu. Namun, sedetik kemudian Sasha kembali terbit.

"Oh, ya, ini aku ada sesuatu buat kamu," ujar Sasha sambil menyodorkan benda yang dipegangnya ke hadapan Kaisar. "Terima, ya? Biar kamu selalu inget sama aku terus." Sasha mengatakan itu dengan senyum yang senantiasa terukir di bibir mungilnya.

"Alasan apa yang ngeharusin gue nyimpen sampah kayak gitu?"

Sasha terkejut mendengar pertanyaan Kaisar. Ia benar-benar tidak mengerti, padahal dulu Kaisar yang mengatakan pada Sasha agar tidak memandang remeh hal-hal yang menurutnya kecil. Semua hal pasti ada nilainya, ada artinya. Namun, kini Kaisar sendiri yang mengatakan jika benda semacam ini adalah sampah.

Apa origami sudah tidak bernilai lagi di mata Kaisar?

Apa pandangan Kaisar kini sudah tak sama?

Bagaimana bisa Kaisar berubah sedrastis ini?

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang