24. Menahan Emosi

2.6K 249 16
                                    

Now Playing || Cinta Tak Mungkin Berhenti - Tangga🎼

“Gal,” panggil Ghea saat melihat Galen berjalan melewatinya. Ghea lantas mengejar langkah Galen karena cowok itu tak kunjung berhenti. “Gal, kamu masih marah?”

Galen menghentikan langkah, lalu memutar badannya menghadap Ghea. “Setelah apa yang lo lakuin, lo masih nanya kayak gitu?” tanya Galen tajam.

Mata Ghea nampak berkaca-kaca. Ia meraih tangan Galen dan menggenggamnya. “Aku mohon, maafin aku, Gal. Maaf,” lirih Ghea penuh penyesalan.

Tangan Ghea langsung ditepis Galen dengan kasar. Emosinya makin memuncak, tetapi Galen berusaha menahannya. Ia tak ingin menyakiti Ghea, meski Ghea telah menyakitinya waktu itu.

“Gue gak bisa maafin lo secepat yang lo harepin. Gue butuh waktu, Ghe. Gue butuh waktu buat nyembuhin hati gue. Lo pikir semudah itu, hah?”

Ghea mulai terisak. “Maaf ....”

“Kenapa lo nangis? Mau bikin gue ngerasa bersalah? Di sini gue korbannya, Ghe! Bukan lo!” Galen mengusap kasar wajahnya. “Lo gak mau gue sakitin lo, 'kan? Mending lo gak usah deket-deket gue dulu. Gue juga males ketemu sama lo.”

Sebelum berlalu, Galen sempat memukul dinding koridor hingga membuat dinding dan jendela yang ada di sana bergetar. Hal itu tentu mengagetkan Ghea. Ia ingin menghampiri Galen karena khawatir. Namun, ia takut Galen menjadi tambah marah.

Bahkan, setelah kejadian di taman waktu itu, Aidan menjadi sangat dingin kepada Ghea. Ghea sadar betul jika itu memang salahnya, bukan salah Aidan. Ghea benar-benar menyesal. Ghea ingin memperbaiki semuanya.

Saat Ghea berbalik, matanya tak sengaja menangkap sosok Sasha yang tengah memperhatikann di pinggir lapangan. Ghea cepat-cepat menghapus air mata di pipinya, lalu mengejar langkah Sasha yang sudah lari terlebih dahulu.

Sekuat tenaga Ghea berlari, tetapi ia tetap kehilangan jejak Sasha. Sepertinya Sasha pun belum ingin berbicara dengan Ghea. Ghea menghela napas panjang, memutuskan untuk berbicara dengan Sasha lain waktu saja.

****

Galen berjalan menghampiri teman-temannya yang berada di warung Mbok Gendis, kemudian mengambil duduk di sebelah Kaisar. Tentu di sana tak ada Aidan. Jika ada, Galen tak mungkin mau ikut nongkrong bersama teman-temannya seperti saat ini.

“Napa lo, Gal? Dari raut mukanya, kayaknya lo abis berantem lagi ya sama Ghea?” tebak Leon yang tengah mengunyah ciloknya.

Tak ada jawaban dari Galen. Akan tetapi, tatapan dan raut wajah Galen sudah menunjukkan bahwa Galen sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dan itu pasti karena Ghea.

Sebelum berpacaran dengan Ghea, Galen tak pernah seperti ini. Hal itu tentu semakin memperkuat firasat teman-teman Galen.

“Lo putus sama Ghea, Gal?” tanya Jordi kepo.

Galen menggeleng singkat.

“Lo ada masalah apa emang sama Ghea? Sini, cerita dong sama kita-kita. Kali aja kita bisa bantu atau kasih saran, gitu,” celetuk Elang lalu kembali meniupi Energen miliknya.

Galen sempat bertatapan dengan Kaisar. Lewat tatapannya, Galen seolah bertanya, "Tidak apa bila ia bercerita?" dan Kaisar hanya mengangguk. Cepat atau lambat, teman-teman mereka pasti akan mengetahui semuanya.

“Ghea ... Ghea ciuman sama cowok lain,” terang Galen akhirnya.

Mata Leon, Elang, dan Jordi sontak melebar. Bahkan, Leon nyaris tersedak cilok yang hendak dikunyahnya.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang