Now Playing || Haruskah Kumati - Ada Band🎼
"Hallo," sapa Aidan yang baru memasuki kamar Sasha. Melihat Aidan datang, raut wajah Sasha yang semula murung, kini berubah berseri-seri.
"Aidan? Kamu udah pulang sekolah?" tanya Sasha dengan senyum lebarnya.
Aidan menarik kursi, lalu menyimpannya di dekat ranjang yang ditiduri Sasha. "Udah. Maaf ya tadi pagi aku gak jenguk kamu."
"Gapapa, kali. Yang penting kamu jenguk aja, aku udah seneng banget."
Memang, hari ini Sasha tidak masuk sekolah karena demam. Nadin dan yang lain sudah menjenguk pagi tadi sebelum berangkat sekolah.
Siapa yang mengajak? Tentu Farah. Karena Sasha yang menyuruh Farah untuk memberitahukan kepada guru bahwa ia tidak bisa masuk karena sakit.
Aidan balas tersenyum, kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening Sasha. "Udah gak panas, ya."
"Ya, dong."
"Masih pusing gak?"
"Emm ... masih pusing dikit, sih."
"Mudah-mudahan cepet sembuh, ya!" ucap Aidan sembari menjawel pipi Sasha. Pipi Sasha sudah menjadi mainan favorit Aidan semenjak ia resmi berpacaran dengan cewek itu.
"Aamiiiiin!"
"Aku bawain kamu roti nih." Aidan menunjukkan kantong kresek putih berisi roti yang ia beli tadi di minimarket. "Mau dimakan sekarang apa nanti?"
"Nanti aja, deh. Tadi aku abis makan, masih kenyang."
"Oke." Aidan menyimpan roti itu ke atas nakas. "Nih, rotinya aku taro sini. Awas loh kalo gak dimakan."
Sasha terkekeh pelan. "Iya, Pak Dokter."
"Aamiin," jawab Aidan kemudian tertawa. "Bisa aja kamu. Tapi cita-cita aku sebenernya bukan jadi dokter, sih."
"Terus, jadi apa, dong?"
"Jadi suami kamu."
Mendengar jawaban Aidan, Sasha sontak tertawa geli. Ia memukul pelan lengan Aidan. "Duh, bisa aja deh yang ngegombal."
"Aku serius, loh," kata Aidan seraya menatap Sasha lamat-lamat.
Tawa Sasha perlahan mereda. Namun, senyumnya masih senantiasa terukir. "Iya deh, yang serius."
****
"Kalo aku sekarang mimpin perusahaan tapi ujung-ujungnya perusahaan milik mas Putra jatuh ke tangan Kaisar, sama aja bohong. Mending aku ngundurin diri aja dari sana."
"Mas, gak boleh gitu, dong. Mau bagaimanapun 'kan Kaisar itu anaknya kakak kamu. Kamu harus ngelaksain apa yang diamanahin mas Putra. Apalagi, itu bukan keinginan mas Putra aja, tapi keinginan ayah juga."
"Mas Putra gak pernah mau Kaisar megang perusahaan keluarga kita. Tapi ayah yang mau itu. Kenapa bukan anak kita aja, sih? Rasanya gak adil banget."
"Sabar, Mas."
Kaisar hanya bisa menghela napas kasar ketika mendengar percakapan om dan tantenya. Ia keluar dari tempat persembunyian, lalu berjalan menuju meja makan untuk mengambil minum.
Seperti biasa, Kaisar berlagak seolah tidak mendengar percakapan tadi. Berlagak seolah hatinya sedang baik-baik saja. Padahal nyatanya tidak demikian.
"Eh, Kaisar," sapa Disa ramah. "Sini, Sayang, kita makan malam bareng-bareng," ajaknya sembari menarik kursi untuk Kaisar duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasha untuk Kaisar
Teen Fiction❝Untukmu, yang menyimpan banyak rahasia.❞ *** Sasha Almeera Resta, gadis gigih dan periang yang kini menetap di SMA Rajawali. Misi Sasha adalah mengungkap rahasia yang selalu ditutupi mantan kekasihnya. Termasuk mencari tahu alasan yang membuat ia b...