25. Melepas

2.6K 258 24
                                    

Now Playing || Siap Sakit Hati - Sandy Canester🎼

“Ya udah.” Sasha menyodorkan tangannya, meminta helm, tetapi supir ojol itu malah menjabat tangan Sasha.

“Nama saya Paijo, Mbak,” ucapnya sembari tersenyum.

“Sa-saya bukan minta kenalan. Saya minta helm saya, Pak.”

Supir ojol itu lantas melepaskan jabatan tangannya, tersenyum canggung. “Oalaah, kiarin minta kenalan. Bilang dong dari tadi, Mbak.” Ia menyodorkan helm ke arah Sasha. “Ini, Mbak.”

Saat Sasha hendak menerima helm yang disodorkan supir ojol tersebut, seseorang tiba-tiba memanggil nama Sasha. Ia pun menoleh dan mendapati Ghea tengah berdiri di sampingnya.

Raut muka Sasha kontan berubah tak suka. Ia berniat pergi dari sana, tetapi Ghea malah menahan tangannya.

“Kasih gue kesempatan buat jelasin, Sha,” mohon Ghea.

“Lepasin gue, Ghe!” berontak Sasha.

“Sha, gue mau jelasin biar lo gak salah paham sama Aidan. Kita ngobrol sebentar, ya? Gue mohon.”

“Haduh, ini ada apa, ya? Kalo ada masalah, mending cepet diselesaikan. Tapi secara baik-baik, ya. Jangan baku hantam,” celetuk supir ojol yang diketahui bernama Paijo itu. Mendadak, Paijo jadi ikut cemas.

“Ya udah, gue kasih waktu bentar buat lo jelasin,” putus Sasha yang masih memasang tampang tidak bersahabatnya.

“Nah, gitu! Ngomong-ngomong, berarti Mbak-nya gak jadi naik ojol saya, dong?”

“Gak!” Sasha membalas ketus, lantas melepaskan pegangan tangan Ghea. Ia berjalan terlebih dahulu hingga akhirnya Ghea mengikuti langkah Sasha.

“Kita mau ngobrol di mana, Sha?”

“Gak tahu,” ketus Sasha.

“Di taman aja, gimana?”

“Taman tempat lo sama Aidan ciuman?”

Mata Ghea sontak melebar. Ia menggelengkan kepalanya cepat. “Bukan. Taman yang lain,” ralatnya tak enak. “Di deket sini ada taman, kok. Kita ke sana yuk?”

“Hm,” balas Sasha bergumam. Tak lama, keduanya sudah sampai di taman yang dimaksud Ghea. Mereka duduk berdampingan di kursi yang ada di sana.

“Gue mau bahas tentang kesalahpahaman waktu itu.” Ghea mulai bercerita. “Pertama-tama gue mau ngasih tahu ke lo kalo dulu gue sama Aidan pernah pacaran, tapi gue putusin dia karena gue gak mau LDR. Ya, walaupun gue tahu kalo Jakarta sama Bandung itu masih satu negara, tapi gue tetep aja gak bisa. Gue belum siap. Gak mungkin juga kita bisa ketemu setiap hari kayak dulu.

“Pas Aidan pindah ke sini, gue gak tahu harus bereaksi kayak gimana. Gue seneng banget dia pindah dan gue baru sadar kalo perasaan gue ke dia masih belum hilang. Sayang gue udah punya Galen. Sha, waktu itu gue ngajak Aidan buat ketemuan. Aidan nolak sedangkan gue terus maksa dia. Gue bilang kalau gue pengen curhat tentang keluarga gue. Akhirnya, dia mau dan kita ketemuan di taman itu.

“Pas nyampe sana, gue bilang sama dia kalo gue sebenernya bukan mau curhat tentang keluarga gue, tapi gue mau bahas perasaan gue ke Aidan. Aidan marah. Dia mau berdiri buat pergi dari sana, tapi gue langsung tahan, terus cium dia. Gue cerita tentang apa yang selama ini selalu gue pendam. Gue bilang, gue cemburu pas tahu dia sama lo jadian. Jujur aja, Sha, gue masih sayang sama Aidan. Gue mau balik lagi sama dia. Sayangnya dia nolak gue.”

Sasha mengeratkan pegangan pada kursi besi yang didudukinya. Mendengar cerita Ghea barusan, rasanya emosi Sasha mendadak naik. Rasa bencinya kepada Ghea pun semakin bertambah. Sasha menghela napas kasar, berusaha menahan emosinya agar tidak meledak.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang