20. Gerah

2.7K 268 28
                                    

Ini adalah hari keenam belas semenjak Sasha resmi berpacaran dengan Aidan. Sekarang Sasha sudah lebih bisa menerima Aidan dan melupakan Kaisar.

Mungkin.

Sasha juga masih bingung dengan perasaannya saat ini. Terkadang, ia masih suka memikirkan Kaisar. Namun, saat melihat ada siswi yang mendekati Aidan, ia selalu tidak terima.

Apa itu artinya Sasha sudah mulai menyukai Aidan?

Hal lain yang harus kalian tahu, setelah Sasha berpacaran dengan Aidan, sikap Kaisar pada Sasha semakin dingin. Sudah hampir tiga minggu ini mereka tidak mengobrol atau bahkan bertegur sapa.

Biasanya kantin ramai oleh perselisihan Sasha dan Kaisar. Akan tetapi, sekarang keadaannya sudah berubah. Sasha sudah menjadi milik seorang Aidan Setya Pangestu.

Saat sedang asyik melamun, Sasha tiba-tiba merasa sebuah tangan menjawel pipinya. Ia meringis, lalu menatap tajam orang yang baru saja melakukan itu padanya.

“Ish! Pipi aku sakit tahu!” kesal Sasha cemberut.

Yap, dua minggu terakhir Aidan meminta Sasha untuk menggunakan aksen aku-kamu ketika mengobrol dengannya. Meski awalnya tidak mudah bagi Sasha, tetapi makin ke sini Sasha sudah semakin terbiasa.

“Lagian dari tadi ngelamun mulu. Kamu lagi ngelamunin apa, huh?” tanya Aidan.

“E-enggak.”

“Kaisar?”

“Eh, enggak! Bukan, kok.”

“Ya udah, tuh makan mie ayamnya. Keburu dingin, nanti gak enak.”

Sasha tersenyum, kemudian mulai menyendokkan sesendok mie ayam ke dalam mulutnya. Aidan mengambil tisu yang ada di meja, mengelap noda saos yang ada di dekat sudut bibir Sasha.

“Lo ngerasa gerah gak?” tanya Kaisar kepada Elang sambil mengipasi lehernya dengan tangan.

“Masa sih gerah? AC kantin nyala, kok,” balas Elang heran. Saat matanya menangkap sosok Aidan dan Sasha yang tengah duduk berdua di meja pojok, senyum jahil Elang langsung tercetak. “Pantesan gerah.”

“Perasaan gak gerah, deh,” timpal Leon yang masih belum peka.

“Kaisar gerah karena ngeliat Sasha sama Aidan! Makanya, jadi cowok tuh peka dikit. Kasian tuh Farah,” ucap Jordi sembari melirik Farah yang duduk di sebelah Leon. Seketika itu wajah Farah langsung memerah.

Leon mendesis membalas ucapan Jordi, kemudian menatap Kaisar dengan tatapan menggoda. “Ciee, cembukor nih, yee.”

“Masa sih cemburu?” Nadin bertanya tak yakin. Kedua alisnya saling bertautan.

“Iya, cemburu. Gak lihat tuh mukanya Kaisar udah merah gitu,” jawab Elang terkekeh.

Kaisar menghentikan aktivitas mengipasnya, lantas berdecak. “Gue gak cemburu!” jawabnya kesal setengah mati.

“Elah, pake nyangkal segala, Sar, Sar,” sahut Jordi.

“Terserah.”

“Kamu kenapa?” tanya Galen kepada Ghea yang sedari tadi terus memandang Aidan dan Sasha dengan wajah lesu. Saat ditanya begitu, Ghea refleks mendongak menatap Galen.

“Eh, g-gapapa, kok.” Ghea berusaha menarik senyumnya.

“Lagi ada masalah?”

“Enggak, kok.”

Galen mengangguk singkat. Sebisa mungkin ia menepis segala pikiran buruknya tentang Ghea. Ia harus ber-positive thinking.

“Gays, lusa 'kan libur tuh. Gimana kalo nanti kita ngadain barbeque party? Tapi pas malemnya. Sekalian main permainan juga, biar gak jenuh,” usul Nadin menggebu-gebu.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang