08. Selalu Ada di Dekatmu

2.9K 330 27
                                    

Rasa percaya diri yang terlalu tinggi bisa menjatuhkan kamu kapan saja.

- Kaisar Mahatma Respati.

Kepulan asap rokok menyebar di udara. Kaisar menyenderkan punggungnya pada kursi besi di taman belakang sekolah seraya menatap tenang ke depan.

Suara langkah kaki yang beradu dengan rerumputan tak membuat perhatian Kaisar beralih. Bahkan, saat orang itu duduk di sebelahnya pun Kaisar tetap sibuk dengan aktivitas menyesapnya.

Aroma parfum yang tercium oleh indra penciuman Kaisar sudah membuat cowok itu yakin jika orang yang saat ini duduk di sebelahnya adalah Sasha.

Kaisar tertawa dalam hati. Padahal kemarin ia sudah membohongi Sasha, tapi kenapa Sasha tidak ada kapoknya sama sekali, tetap saja berusaha mendekatinya seperti ini.

"Jadi bener sekarang kamu ngerokok?" Sasha menghela napas. "Sar, kamu tuh harus jaga kesehatan, jangan rusak diri kamu dengan hal kayak gini."

Kaisar sama sekali tidak menanggapi ucapan Sasha, malah cowok itu dengan sengaja menyesap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya ke udara.

Sasha berdecak, ia lantas merebut rokok yang tengah dicapit oleh kedua jari Kaisar, kemudian menjatuhkannya ke rumput. Menginjaknya hingga padam.

Merasa terusik, Kaisar pun akhirnya menoleh menatap Sasha. Kedua alisnya menaut tajam. Sasha tampak mengeluarkan sesuatu dalam saku seragamnya dan menyodorkannya di depan Kaisar.

"Nih, daripada ngerokok, udah ngerusak kesehatan terus bikin udara tercemar, mending kamu makan ini aja."

Kaisar memandang bungkus berisi permen karet yang disodorkan Sasha. Namun, ada hal yang membuat perhatian Kaisar mau tak mau teralih. Luka di dekat siku kanan Sasha. Sejak kapan cewek itu terluka?

Sasha mengikuti arah pandangan Kaisar, lalu berhenti tepat pada luka di dekat sikunya. Cewek itu buru-buru menyembunyikan tangannya ke belakang tubuh.

"Kemarin aku gak sengaja jatoh, jadinya luka kayak gini, deh," ucap Sasha seraya tersenyum kikuk. "Tapi aku gapapa, kok. Suerrr!" Ia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya hingga membentuk huruf V.

Kaisar membuang mukanya ke depan. "Gue gak nanya," jawabnya dingin.

"Aku cuma cerita, kali aja kamu pengen tau. Soalnya pas aku liat mata kamu, kamu tuh kayak penasaran. Cuma kamu gak mau menyuarakan rasa penasaran kamu."

Kaisar tersenyum sinis. "Rasa percaya diri yang terlalu tinggi bisa ngejatuhin lo kapan aja. Gue gak peduli dengan hal apa pun yang menyangkut lo, termasuk luka di tangan lo itu. Gak penting."

Sasha terdiam mendengar jawaban Kaisar. Ia menunduk dan tanpa sadar meremas bungkus permen karet yang sedari tadi digenggamnya.

"Apa perasaan kamu ke aku udah bener-bener pudar, ya?"

"Lo udah tau jawabannya."

"Bener-bener gak bersisa? Meski cuma seginiii?" tanya Sasha sambil mendekatkan telunjuk dan ibu jarinya dengan jarak yang begitu tipis.

"Hm."

"Aku pengen denger sendiri dari mulut kamu, Sar. Termasuk alasan kamu mutusin aku. Jawaban kamu masih belum cukup."

"Gue udah gak punya perasaan apa-apa lagi ke lo. Dan alasan gue mutusin lo? Karena lo itu terlalu manja, kekanak-kanakkan, egois, suka maksain kehendak. Itu yang bikin gue gak nyaman. Puas?" ujar Kaisar menekan setiap kata dalam ucapannya.

Sasha spontan menoleh ke arah Kaisar dengan raut terkejut. "Bukannya kamu selalu nerima itu? Kamu sendiri, kan, yang bilang? Kamu gak pernah masalahin dan kamu selalu bilang kalo kamu bahagia sama aku."

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang