27. Kembali Dekat

3.1K 247 25
                                    

Now Playing || Cinta Dalam Hati - Ungu🎼

Sasha berlari terbirit-birit memasuki rumahnya. Di ruang makan ia bisa melihat Mamah, Papah, dan Kakaknya tengah sarapan bersama. Wajah Resta—Papah Sasha—mendadak berubah tak bersahabat kala melihat putrinya itu.

"Darimana aja kamu, Sasha?" tanya Resta.

"Sasha ... abis dari ... rumah Nadin! Iya, Sasha nginep di rumah Nadin," jawab Sasha berbohong.

"Lagi coba bohongin Papah?"

Sasha mulai gelagapan. "B-bohong apa, Pah?"

"Kata Mamah kamu ke rumahnya Aidan kemarin, tapi pas Mamah telepon Aidan katanya kamu lagi ke rumah Kaisar. Kamu nginep di sana?"

"Iya, Sasha ngaku. Sasha emang abis nginep di rumah Kaisar," ujar Sasha dengan bibir mengerucut. Ia berjalan mendekati Resta, kemudian memberikan kunci mobil milik Papahnya itu. "Ini, Pah. Hehe."

"Cepet mandi dan sarapan. Papah tunggu. Papah mau bicara sesuatu sama kamu."

"Sasha udah mandi sama sarapan di rumah Kaisar, kok."

"Ya udah, ganti baju sama ambil tas sana."

"Siap, Bos!" Sasha pun segera berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

"Pah, udahlah, biarin aja," kata Ralin kepada suaminya.

"Gak bisa, Mah. Papah kayak gini juga buat kebaikan Sasha."

Sekitar dua belas menitan, Sasha akhirnya selesai bersiap dengan semua keperluan sekolahnya. Ia turun dari kamar lantas duduk di sebelah kanan Salman.

"Mau ngomongin apa, Pah?" tanya Sasha sembari mengambil apel lalu memakannya. Resta menyimpan sendok di tangannya ke piring, beralih menatap Sasha yang tengah menunggu ia bicara.

"Sha, mulai sekarang kamu jauhin Kaisar. Papah khawatir kamu jadi kebawa-bawa sama dia. Papah juga gak mau kalo semisalnya hal buruk menimpa kamu nanti."

Sasha berhenti mengunyah, ia tentu tak terima dengan perkataan Resta. Emosinya mendadak naik. "Maksud Papah apa, sih? Kok Papah jadi kayak gini?"

"Papah kayak gini demi kebaikan kamu, Sasha."

"Kebaikan apa, Pah?"

"Papah gak suka kamu deket-deket sama anak berandalan itu."

"Apa?! Anak berandalan?!" Sasha menatap Resta tak percaya. Ia lalu menyimpan apelnya ke meja dengan setengah membanting. "Maksud Papah, Kaisar?!"

"Iyalah. Siapa lagi?"

"Kaisar gak kayak gitu!" tegas Sasha dengan mata berkaca-kaca.

"Ikut geng motor, tawuran, balapan, mabuk, apa itu bukan berandalan?" Pertanyaan Resta membuat Sasha terdiam. "Papah emang suka sama Kaisar, tapi itu dulu sebelum dia pindah ke sini dan berubah jadi anak gak bener."

"Papah gak tau apa-apa!" bentak Sasha bangkit dari duduknya.

"Sasha! Pelanin suara kamu!" tegur Salman bersamaan dengan Ralin yang menghampiri Sasha dan menenangkannya.

"Papah tau, Sasha, makanya Papah bicara ini sama kamu," ucap Resta.

"Kaisar gak akan kayak gitu kalo gak ada sebabnya! Kalian gak pernah tahu 'kan seberapa banyak masalah yang Kaisar tanggung?"

"Ya, terus kenapa kalo emang Kaisar banyak masalah? Masalah gak bisa dijadiin alasan buat berubah. Gak masuk akal."

"Papah yang gak ngerti! Kaisar itu tertekan, Pah. Orangtua Kaisar udah meninggal! Papah mau tau meninggal karena apa? Pertama, tante Anggi dibunuh sama om Putra, papa Kaisar sendiri! Dan Kaisar ngelihat langsung kejadian itu, Pah! Om Putra juga bilang kalo Kaisar itu bukan anak kandung dia. Om Putra gak pernah sayang sama Kaisar. Bahkan, dia bilang Kaisar anak yang nyusahin, anak pembawa sial. Coba Papah bayangin gimana perasaan Kaisar!" tutur Sasha sembari terisak. Air matanya mengalir tanpa bisa dibendung.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang