2. Tanda-tanda

25.6K 2.2K 339
                                    

Kamu yang memancing, dia yang mendekatimu karena tertarik akan pancingan mu itu.

--

Dinda duduk di kursinya. Ia sudah merasa tidak diikuti lagi, karena suasana yang ramai. Febi sedang membaca buku, tidak perduli kehadiran Dinda di sampingnya.

"Febi," panggil Dinda membuat gadis itu menoleh ke Dinda.

"Lo bulan ini udah halangan, Feb?"

"Udah, kenapa?" Tanya balik Febi.

"Gue kali ini halangan udah sepuluh hari, gak biasanya."

Febi memasang wajah serius. "Din, Gue pernah dengar di ceramah-ceramah. Katanya kalo cewek halangan nya lama, tandanya dia udah dinikahin sama setan." Nada bicara Febi yang dibuat-buat untuk menakuti Dinda, membuat Dinda tidak percaya dengan ucapannya.

"Percaya banget kaya gituan. Lagian emangnya Lo pernah lihat ceramah? Sholat aja jarang," gerutu Dinda.

Febi membuang nafasnya kasar, pandangannya kembali pada buku yang tadi dibaca. "Kalo gak percaya, ya udah." Balas Febi.

Dinda masih fokus dengan Febi. "Tapi Feb, tadi pagi Gue ngerasa ada yang ngikutin dari belakang. Asli horor banget, mana jalanan sepi," ucap Dinda serius.

"Gue bilang Lo udah dinikahin setan," balas Febi tanpa menoleh ke Dinda.

"Dih apa sih. Lo kali yang dinikahin," ketus Dinda.

Awalnya Dinda ingin cerita, tapi karena balasan Febi yang seperti itu membuatnya tidak mood berbicara.

Guru mata pelajaran bahasa Inggris pun datang. Semua murid langsung duduk di tempatnya masing-masing.

"Pak Edi!" Panggil salah satu murid di kelas ini. Pak Edi menoleh ke arah murid itu.

"Iya? Kenapa?"

"Kemarin ada PR, Pak."

"Nessa!!!" Bentak semuanya karena Nessa telah memberi tau tentang PR.

"Oh iya, silahkan kumpulkan disini," Tangan Pak Edi menepuk mejanya.

Pak Edi duduk di kursi guru. Beberapa murid mulai mengumpulkan, termasuk Febi. Sedangkan Dinda sedang mencari-cari buku bahasa Inggris. Ketika sudah ketemu, ia pun menyimpannya di meja Guru.

"Kalian baca buku paket halaman dua puluh tiga. Saya mau menilai PR ini," ucap Pak Edi.

"Iya, Pak." Jawab beberapa murid.

Semua murid langsung melaksanakan perintah Pak Edi. Ada beberapa yang melanggar, pura-pura membaca, ada juga yang malah mengobrol.

Wajah Dinda yang tadinya datar saat membaca buku, langsung berubah saat dirinya merasa ingin membuang air kecil.

Dinda menyimpan buku paketnya di atas meja. Ia menoel-noel pundak Febi.

"Apa?" Tanya Febi yang masih fokus pada buku paket.

"Anter Gue ke toilet yu, kebelet pipis ey,"

"Gak ah, males." Tolak Febi.

Dinda berdecak kesal, ia menatap sinis Febi yang tidak melihat dirinya. Alhasil Dinda pun terpaksa kembali membaca buku paket, sambil menahan.

"Heh, katanya mau pipis," ucap Febi yang sudah selesai membaca.

Dinda menengok ke Febi. "Anter sih," pinta Dinda.

"Ya udah, ayo!" Dinda dan Febi berdiri lalu mendekati meja guru.

"Pak, saya izin ke belakang ya. Pengen buang air kecil," ucap Dinda.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang