Weh maapkan baru update.
Bentar" mampir yu ke cerita baru saya. Atau engga minta vote nya aja deh makasiiiw

Sasi, perempuan pendiam di kelas. Sangat misterius. Dalam sejarahnya, tidak ada lelaki yang mendekati Sasi. Padahal usia gadis itu sudah bisa dibilang remaja. Biasanya para remaja akan membuat kisah remajanya sendiri. Namun kisah Sasi sangatlah polos.Danu penasaran dengan Sasi. Diam-diam dia memperhatikan Sasi. Lucu juga gadis itu, gadis secantik itu bisa-bisanya lolos darinya. Danu akan mengejarnya. Namun saat dikejar, dia malah menemukan sisi kelam gadis itu yang tidak diperlihatkan olehnya.
"Hiks! Udah Sasi bilang jangan pernah suka sama Sasi!!!" Teriak Sasi sambil menutupi kakinya.
"Gue enggak pernah nyesel suka sama Lo, Si. Lo beda. Bedanya perempuan lain gampang gue kejar, sedangkan Lo susah dan rumit. Hal itu membuktikan kalo Lo enggak murahan."
______Baca aja yuk, itung-itung kurangin rasa insecure.
Start : 25 Oktober 2021
End : ~~
***
Badan Dinda digoyangkan oleh sesuatu.
Brugh
Buku-bukunya terjatuh ke bawah. Suara itu membuat Dinda langsung terbangun. Matanya melotot lagi karena ketakutan. Jantungnya berdetak sangat kencang.
Kakinya langsung turun ke bawah. Jongkok di hadapan buku-bukunya yang jatuh.
"Kok bisa sih jatuh? Orang bukunya berat gini," Dinda mengambil buku-bukunya dan disimpan lagi di atas meja.
Dinda berdiri dan berjalan keluar kamar saat mendengar suara orang-orang diluar. Ada yang berteriak, ada yang marah-marah.
Brugh brugh
"AAAAHHHHH?!!??!!!!!!!" Dinda langsung jongkok dan menutup telinganya. Tentu matanya tertutup.
Jika tidak salah, itu suara mobil seperti terbanting. Ada apa semua ini??
Dor dor dor
Dor dor dor
Dor dor dor
Prang
Prang
Tangannya menjauh dari telinga. Di depan ada yang menggedor-gedor pagarnya. Dari dapur, piring dan gelas berjatuhan. Pecah.
"Gempa?" Dinda baru sadar. Dari pagi alarm terjatuh sampai pecah, lalu bantal yang terjatuh tiba-tiba. Dan satu lagi, pagar yang terbuka lebar itu.
Dor dor dor
Pagar kembali digedor oleh seseorang. Entah siapa tapi Dinda acuhkan.
Hatinya sedang ketakutan, bagaimana dia bisa menolong orang lain?
Kepalanya menoleh ke kamarnya, kamar lebih aman menurutnya. Alhasil Dinda pun langsung ke kamar.
Di bawah meja rias tampak aman. Apalagi meja kayu itu tampak tebak sehingga bisa melindungi tubuh Dinda.
Bekas pecahan alarm yang ada di bawah kasur pelayan keluar karena getaran.
Tubuh Dinda belum bersembunyi. Dia masih berdiri di samping kasur. Tangannya bertopang ke kasur agar dirinya tidak terjatuh karena getaran ini.
Prang
Peralatan make up-nya terjatuh ke bawah.
Jujur, dia sangat takut sekarang. Menyesal telah menolak ajakan ibunya untuk berhaji.
Ada barang kesayangannya jatuh. Dinda hendak mengambilnya, tapi kakinya malah menginjak pecahan alarm itu.
"Ahh sakit!!" Erangnya yang langsung terjatuh ke bawah. Untungnya tidak terjatuh ke arah beling-beling itu.
Seperti kaca yang tertancap di kakinya. Kulitnya terbuka dan dagingnya terlihat serta darah merah langsung mengalir.
"Hiks hiks, aku harus apa ya Tuhan," erangnya kesakitan.
Buku-buku kembali berjatuhan. Lemari yang berat pun ikut bergetar. Suara lemarinya terdengar sangat nyaring.
"Ayah... Ibu...," Lirihnya.
"Dinda!! Dinda!! Keluar nak!!" Itu suara Bu Fatwa.
Dinda tidak berani keluar. Di dalam rumah saja sudah parah, apalagi di luar.
Di atas Dinda, tepat sekali, ada lampu yang sudah hampir terjatuh.
Dalam hitungan lampu itu akan terjatuh mengenai Dinda.
1
2
Tapi Dinda terlebih dahulu berlindung diri ke bawah meja rias yang tebal itu.
Kakinya kirinya yang terluka tidak bertapak di atas lantai. Berlindung di bawah meja dengan kaki kanan yang menopang beserta kedua tangannya. Tangan kirinya mengambang.
Ruang di bawah meja rias sangat kecil, Dinda terpaksa membungkuk. Kedua tangannya menempel di lantai.
Dari bawah Dinda bisa melihat lemari bajunya terbuka. Pakaiannya keluar semua terjatuh ke bawah. Hingga lemari itu jatuh mengenai kasur.
Dinda menangis dalam diamnya. Belum pernah dihadapi dengan sesuatu seperti ini. Pertama kalinya ia merasakan.
Kedua kelopak matanya tertutup. Di atas meja sudah terdengar benda berjatuhan ke atas meja. Namun Dinda yakin meja ini bisa melindunginya karena sangat tebal.
"Hayo Dinda ketahuan ngumpet di bawah meja! Dinda jadi ya sekarang soalnya kan udah ketahuan sama Ibu,"
"Ih Ibu tuh bulit kok tau aja kalo aku ngumpet di bawah meja,"
Bu temuin aku lagi yuk! Aku sendirian disini. Dinda membatin.
Entah sampai kapan Dinda harus seperti ini. Suara-suara benda berjatuhan terdengar sangat keras. Dinda berbicara pelan saja tidak terdengar.
Tangan kirinya ditarik oleh seseorang dengan kasar. Kepalanya yang terseret langsung terkena pinggiran meja karena tidak siap menerima tarikan itu.
Lelaki itu berdecih. Kenapa gadis ini selalu menolak saat ditolong?
"Heh bodoh! Gue mau nolong Lo." Lelaki itu langsung jongkok dan menarik badan Dinda keluar.
"Gue gak mau!!!" Dinda masih bertahan di bawah meja.
"Gak mau hiks!! Gue enggak mau mati!!! Hiks gue enggak kuat sendirian kaya gini...,"
***
Haii kamu bisa lanjut baca cerita ini di Karyakarsa, hanya dengan 3rb rupiah🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/273913828-288-k927925.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...