Perjalanannya menuju toilet perempuan memberikannya sebuah pemandangan. Di lapangan tentunya ada murid yang sedang istirahat dan merupakan saatnya jam olahraga. Banyak lelaki tampan yang menarik perhatiannya, namun sayangnya ia harus berakhir di toilet kamar mandi.
Kaki kanannya masuk terlebih dahulu ke dalam toilet. Ia langsung mengunci pintunya rapat-rapat.
"Huh lega banget kalo udah selesai," ucap Dinda setelah menyelesaikan semuanya.
Dinda membuka pintu toilet. Ia langsung keluar dari toilet. Sebelum masuk ke daerah lapangan, ia melihat ada kumpulan lelaki yang sedang olahraga, Dinda pun berinisiatif untuk melewati kumpulan lelaki itu. Bukan untuk caper, tapi hanya ingin melihat ketampanannya saja.
"Ganteng banget astaga," gumam Dinda dalam hati. Ia melewati para lelaki itu.
Sampai akhirnya ia sampai di kelasnya. Duduk di kursinya.
•••
Dinda berlari menuju rumahnya dengan tas yang naik turun karena langkah kakinya yang cepat.
Pintu pagar dibuka, badannya langsung masuk ke dalam rumah. Pagar pun ditutup kembali.
"Dinda, katanya ada teman sekelas kamu yang meninggal?" Aisyah sedang menyapu lantai depan.
Dinda duduk di lantai agar memudahkannya melepas sepatu beserta kaos kaki.
"Iya, Bella namanya,"
"Kenapa Jeh?" Tanya Aisyah penasaran.
"Enggak tau tuh," Dinda berdiri bergegas masuk ke rumah. Sebelum masuk, ia mencium tangan ibunya terlebih dahulu.
Dinda langsung masuk ke kamarnya. Ia meletakkan tasnya dibawah kasur, di atas lantai.
Pintu kamarnya terbuka. Aisyah lah yang membukanya, dari raut wajahnya seperti ada yang ingin disampaikan.
"Mandi dulu gih abis itu makan,"
"Iya,"
Setelah Aisyah menutup pintu kamar, Dinda langsung melaksanakan perintah ibunya.
Jam dindingnya menunjukkan pukul 15.23.
Dinda langsung mandi. Saat kembali ke kamar dengan pakaian tidur, jam dinding menunjukkan pukul 16.12
Ia pergi ke kamar hanya untuk menyisir rambutnya di hadapan cermin. Sisir disimpan kembali di tempatnya.
Seperti biasa, saat sisiran ia selalu duduk di kursi rias. Matanya menatap ke arah kaca, menatap dirinya. Tubuhnya mendekat ke arah cermin.
Jarinya menoel-noel jerawat yang ada di wajahnya. Jika di ingat-ingat, jerawatnya semakin hari semakin banyak.
"Ck! Kapan sih ilangnya, gue tuh males kalo ada jerawat," gerutu Dinda sambil memundurkan badannya dan duduk kembali di kursi.
Saat kembali duduk dan menatap ke arah kaca, ia mendapati Jaka berdiri di belakang kirinya.
Jantung Dinda kembali berdetak kencang saat melihat Jaka. Apalagi mengingat peristiwa dirinya bersama Jaka saat di toilet sekolah.
"Din, kamu mau makan kan?" Tanya Jaka. Dinda dan Jaka saling tatap-menatap melalui cermin rias.
Dinda ingin mengucapkan kata 'iya' tapi karena takut ibunya mendengar, alhasil dirinya hanya mengangguk sebagai balasan.
"Kalo makan mikirin aku aja ya?" Pinta Jaka aneh.
"Hah? Kenapa gitu?" Tanya Dinda.
Dinda tidak berpikiran yang negatif, mungkin saja Jaka sedang bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...