1. Merasakan sesuatu yang aneh

31.7K 2.2K 166
                                    

Beberapa Minggu kemudian.

Dinda sedang tiduran di atas kasur. Sekarang waktunya ia tidur. Perlahan mata Dinda mulai terpejam.

Jam Beker di atas meja, yang berdiri di samping kasur. Pukul 21.34

Di pukul 23.34 tiba-tiba perut Dinda bergerak sendiri. Bergerak otomatis karena ia merasa ada sesuatu yang menaiki tubuhnya. Ekspresi wajah Dinda mulai terbentuk. Alisnya mengkerut lalu matanya terbuka perlahan.

Dinda langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Nafasnya tidak teratur. Tadi ia merasa ada sesuatu yang merangkak ke tubuhnya. Jelas Dinda takut, ia mengira itu seorang lelaki atau orang lain.

Gadis itu melihat ke seluruh pojok kamarnya. Matanya berhenti pada sebuah buku yang ada di atas meja belajarnya. Meja belajar itu tidak terletak di sebelah kasurnya. Melainkan di sebelah lemari bajunya, lemari baju itu berada di samping jendela.

Dinda berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil buku itu. Hisnul Muslim, buku doa-doa sesuai ajaran nabi.

Dinda menggenggam itu lalu kembali ke kasurnya. Ia tetap duduk, lalu perlahan membuka bukunya. Mencari doa sebelum tidur. Sebelum kembali tidur, ia membaca doa itu.

"Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut,"

Buku itu disimpan di atas meja. Tepat di sebelah jam nya. Selimut yang tadi tidak digunakan, kini digunakan olehnya agar tidak terjadi sesuatu. Dinda mulai tiduran memakai selimut. Matanya tertutup.

Dinda kembali tidur. Di pukul 03.00 dirinya kembali merasa ada sesuatu yang menaiki tubuhnya. Badannya bergerak karena resah, ingin bangun tapi masih mengantuk. Gadis itu bangun dengan keadaan nafas tidak teratur. Ia terheran mengapa ia kembali merasa seperti itu, padahal dirinya sudah membaca doa sebelum tidur.

Selimut pun masih ia gunakan. Matanya menoleh kesana-kemari untuk memastikan bahwa tidak ada orang di kamarnya. Seketika ia merasa lega, wajahnya pun sudah kembali normal. Ketika hendak memejamkan mata, suara keran dinyalakan terdengar sangat nyaring. Matanya dibuka karena takut. Entah itu berasal dari kamar mandi atau dari tempat wudhu.

Suara langkah kaki pun terdengar, tapi tidak terdengar menuju kamar Dinda. Melainkan suara langkah itu terdengar menjauh. Otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih, otaknya berpikiran negatif. Ia menduga-duga itu adalah pencuri, penculik, atau orang jahat yang masuk ke dalam rumahnya.

Dinda mengambil sesuatu yang tajam dari tempat laci lemari yang berada di samping kasur. Ia menemukan palu, yang pernah ia gunakan untuk memasang foto. Foto itu adalah foto dirinya yang sekarang di pajang di dinding kamarnya.

Palu itu sudah berada di tangan kanannya. Ia mengendap-endap keluar dari kamar. Di lantai ada sedikit air, seperti jejak. Matanya mengikuti jejak itu sampai jejak itu hilang di hadapan pintu kamar Aisyah, Ibu Dinda.

Sungguh, Dinda sangat takut ibunya kenapa-kenapa. Dengan cepat, perempuan itu mendekati kamar ibunya. Tangan kirinya langsung membuka pintu kamar itu, tapi tidak bisa karena ada sesuatu yang menahannya. Sangat keras, entah itu apa. Dinda benar-benar ketakutan.

Dinda mendorongnya sekuat mungkin. Tapi, tidak bisa karena yang mengganjalnya terasa sangat kuat dan besar.

Hingga akhirnya pintu itu terbuka, Dinda siap-siap memukul menggunakan palu itu. Palu itu terjatuh ke bawah, Dinda langsung memeluk ibunya saat melihat Aisyah yang memakai mukenah.

"Kamu kenapa? Kok bangun jam segini?" Tanya Aisyah.

Dinda menangis di pelukan ibunya. Tidak terlalu berlebihan, hanya kaget dan merasa bersalah saja.

Dinda melepaskan pelukan itu. "Tadi aku dengar suara keran nyala, dengar suara langkah kaki seseorang juga. Aku kira itu orang jahat dan aku benar-benar takut. Eh ternyata itu ibu," Dinda tertawa tapi matanya mengeluarkan air mata.

"Lagian Ibu kenapa sih harus nutup pintu segala, kan bisa dibuka aja," kesal Dinda.

Aisyah tersenyum. "Kalo pintunya dibuka, Ibu takut ada apa-apa. Jadi ditutup aja, Ibu juga kaget pas ada yang buka pintu ini. Jadi ibu lanjut sholat aja, tapi akhirnya batal juga karena gak fokus," jelas Aisyah.

"Ibu mah nakutin aja," lirih Dinda sambil mengelap air matanya.

"Udah sana tidur lagi, besok kamu sekolah kan?" Dinda mengangguk.

"Salim," ucap Dinda lalu mencium tangan Aisyah.

Aisyah menatap kepergian Dinda. Aisyah menutup kembali pintunya, lalu ia kembali sholat.

Dinda sudah ada di kamarnya. Dengan pintu yang sudah ditutup tentunya. Gadis itu tidur di atas kasurnya.

•••

Keesokan harinya, Dinda kembali bersekolah seperti biasa. Menggunakan seragam putih abu-abu.

"Dinda, jangan lupa pulangnya beli garam ya!" Teriak Aisyah dari dapur.

Sedangkan Dinda sudah ada di halaman rumah, tengah memakai sepatu.

"Oke! Assalamualaikum!" Teriak Dinda.

"Waalaikumsalam!"

Dinda ke sekolah berjalan kaki karena jarak antara sekolah dan rumahnya sangat dekat.

Di tengah jalan yang sepi seperti ini, Dinda merasa ada yang mengikutinya. Langkah kaki yang didengar pun seperti ada dua orang yaitu Dinda dan yang ada di belakangnya.

Dinda berhenti dan menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Kakinya kembali berjalan, suara langkah kaki masih sama seperti tadi. Layaknya dua orang yang berjalan, padahal hanya ada Dinda.

Sekolahnya mulai terlihat. Takut dan kesal karena merasa ada yang mengikutinya, Dinda pun berlari menuju sekolahnya.

 Takut dan kesal karena merasa ada yang mengikutinya, Dinda pun berlari menuju sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang