Tiga hari setelahnya, perwakilan dari teman sekelas Dinda datang untuk menjenguk gadis itu. Di antaranya adalah Febi, Alvin, dan Kevin. Teman terdekat Dinda, dan merupakan orang terpercaya juga.
Di depan pintu, Febi sedang berbicara dengan Pak Dokter.
"Pak, jadi gimana keadaan Dinda?" Tanya Febi khawatir.
Sore hari dimana Dinda pingsan, orang tua Dinda langsung menjenguknya. Dokter bilang ini hanya kelelahan yang tidak diberikan waktu istirahat saja, dan ini akibatnya.
"Baik-baik saja. Alhamdulillah dia sudah bangun, boleh ditemani ya salah satu temannya tapi jangan banyakan. Dua orang saja,"
"Oh ya, ada bubur buat Dinda. Tolong disuapi ya, kalian kan temannya." Febi mengangguk lalu ia menghadap ke belakang, kepada dua lelaki yang sedang makan.
"Mau ikut masuk gak?" Tawar Febi kepada mereka.
"Enggak, lah. Lo sama Alvin aja," tolak Kevin.
Alvin menyimpan kotak makan itu di kursi, lalu ia berdiri.
"Pin, titip makanan Gue. Jangan dimakan!"
"Iye." Respon Kevin yang tengah makan.
Febi dan Alvin pun masuk ke dalam.
Mereka berdua duduk di kursi yang memang tersedia di samping Dinda.
Dinda tersenyum kepada Febi dan Alvin bergantian.
"Gimana kabarnya?" Sapa Alvin ramah.
"Alhamdulillah, baik." Jawab Dinda pelan.
"Makan nih, Lo jangan jaim deh gamau makan," Febi mengambil mangkok yang berisi bubur itu.
"Buka," titah Febi hendak memasukkan satu suapan bubur kepada Dinda.
Dinda membuka mulutnya dan mengunyah buburnya.
"Jadi mau makan ih, laper serius." Ucap Alvin.
"Tadi di depan ada yang jual cimin sama cilok, Vin," ucap Febi membuat Alvin tergiur.
"Lo jangan gitu, Feb. Gue jadi laper nih ah," gerutu Alvin.
"Kalian kalo mau jajan mah jajan aja sok gapapa," ucap Dinda.
"Udah diem, Lo makan dulu nih," bawel Febi.
Febi bukan marah kepada Dinda, ia hanya khawatir dan perduli dengan cara yang berbeda.
Sudah lima suapan masuk ke dalam mulut Dinda. Alvin hanya menatap bubur itu dengan perutnya yang sudah kelaparan.
"Kalo Dinda udah selesai makan, beli cilik yuk Feb!"
"Gak ah males, lagi diet juga," balas Febi cuek.
Alvin menyenggol badan Febi, hampir saja terjatuh.
"Duh lagi apa sih," kesal Febi sambil membenarkan posisi duduknya.
Dinda tertawa kecil. Moodnya sedikit membaik.
"Lo mau diet apaan? Badan kecil dan kurus kaya gitu, kutilang dara tau ga?"
"Kutilang dara apaan tuh?" Tanya Dinda.
"Kurus tinggi dada rata," jawab Febi cuek.
"Kok Lo tau kalo Febi itu kutilang dara?" Tanya Dinda kepada Alvin.
Alvin menatap Dinda. "Ya—ya keliatannya aja gimana sih, Din."
"Lo murid baru jangan macem-macem, Gue bully Lo!" Ancam Febi.
Febi itu cewek aneh, kadang pendiem kadang bar-bar juga.
"Nyenyenye." Ledek Alvin kemudian berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...