19. Berangkat sekolah

9.1K 1K 24
                                    

Tepat di hadapan kelasnya, ia mendengar seseorang sedang membaca surat An-Nas. Matanya langsung menoleh ke arah Jaka.

Jaka memegang perutnya seperti kesakitan. Dinda yang melihat itu pun bingung ingin melakukan apa. Jika membantu Jaka, orang-orang pasti akan mengira Dinda orang gila karena berlaku aneh, hal itu karena mereka tidak bisa melihat Jaka.

Tapi anehnya Dinda tidak bertanya kenapa hanya dirinya yang bisa melihat Jaka? Itu semua karena dirinya hanya terfokus pada ketampanan yang dimilik oleh Jaka.

Dinda terdiam dengan raut wajah khawatir. Selanjutnya yang terjadi adalah Jaka menghilang. Jin jika dibacakan Ayat Suci Al-Qur'an sudah pasti pergi, perlu digaris bawahi jika Jin itu melanggar peraturan dari Tuhan kepada kaum Jin.

"Din, udah sehat Lo?" Sapa Febi di hadapan Dinda.

Dinda menoleh ke arah Febi kemudian tersenyum tipis.

"Sudah sehat, lumayan deh tapi kepalaku agak pusing-pusing gitu deh ya," lebay Dinda lalu masuk ke dalam kelas.

Dinda duduk di kursinya. Ia meletakkan kepalanya di atas meja sambil memikirkan Jaka. Saat mengingat wajahnya, ia kembali tersenyum manis. Begitu tampannya wajah Jaka, sampai-sampai jika diingat dirinya selalu tersenyum.

Brak

Dinda tersentak saat meja yang ditempatinya digebrak oleh Alvin yang baru datang.

"Senyum-senyum aja, mending ngaji gih," usul Alvin lalu duduk di kursi yang ada di depan Dinda.

"Lo kok duduk disini?" Beo Dinda.

"Iya, soalnya Belia udah meninggal kemarin,"

"Oh meninggal," Dinda mengangguk paham.

"Hah?! Meninggal?!"

"Iya, kemarin dapet berita dari Bu Dewi. Katanya mah ada penyakit gitu kan, tapi gue lupa penyakit apa," sahut Alvin yang sudah menghadapkan tubuhnya ke depan.

"Ya Allah cepet banget ya, padahal masih muda. Kasian ya," tutur Dinda.

"Hm." Respon Alvin.

Febi berjalan mendekati Dinda membuat tatapan Dinda beralih padanya.

Saat sudah duduk, Febi langsung menolehkan kepalanya ke arah Dinda.

"Lo kemarin ada gangguan lagi enggak?"

"Ada. Pas di rumah sakit tuh ya ada bayangan gitu terus meluk gue tapi itu besar banget cuy!!"

"Ngeri bat!" Tambah Dinda dengan ekspresi menakutkan.

Alvin membalikkan badannya sebentar kepada mereka saat ingin memberikan komentar, "Itu kayanya genderuwo gak sih? Soalnya kalo bayangan hitam besar gitu udah pasti genderuwo,"

Dinda dan Febi menoleh ke arah Alvin.

Febi mengangguk pelan saat Alvin memberikan komentar. Ia menoleh lagi ke arah Dinda. "Iya cuy, beneran. Genderuwo kan emang gitu,"

"Dih jangan nakut-nakutin!!" Ucap Dinda kesal.

"Kemarin Jin, sekarang genderuwo, terus nanti tuyul gitu?!" Gerutu Dinda.

Alvin tertawa pelan kemudian membalikkan badannya ke depan.

"Kejadiannya beneran kaya gitu? Terus pas dipeluk Lo marah enggak?" Tanya Febi mengalihkan.

Dinda menatap Febi dengan tatapan kesal. "Gue tuh takut woy sama sosok itu!! Kalo itu manusia sih udah gue tabok juga, seberani itu jadi cowok sama perempuan,"

"Lo bacain aja dia surat Yasin, nanti juga menghilang kok," ucap Febi.

"Lah anjir nanti gue bacanya gak bener, kan gue lagi ketakutan,"

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang