20. Jatuh hati?

8.6K 979 147
                                    

"Ssttt jangan berisik!" Tegur Jaka sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibir.

Dinda menatap ke arah Jaka dengan tatapan tak percaya. Seharusnya otaknya menanya bagaimana jika saat dirinya sedang mandi atau ganti baju lalu Jaka datang? Tapi otaknya malah memikirkan ketampanan yang dimiliki oleh Jaka.

Jaka yang merasa diperhatikan pun langsung menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya agar membuat Dinda semakin terpesona.

Saat Dinda masih dalam posisinya seperti itu, Jaka yang jengkel langsung menarik Dinda ke dalam toilet yang tadi digunakan oleh Dinda.

Jantung Dinda berdebar sangat kencang, apalagi saat melihat Jaka menutup pintu toilet.

Mata Dinda melotot saat melihat Jaka menghadap ke arahnya.

"Heh mau apa kamu?!" Sentak Dinda. Ia tak akan memundurkan langkah seperti di film-film.

"Kangen kamu," ucap Jaka langsung.

Dinda menelan ludahnya. Matanya tak berkedip namun tidak melotot lagi seperti tadi. Jantungnya masih berdebar, hatinya seperti berbunga-bunga. Otaknya tidak bertanya apakah boleh kita jatuh hati kepada Jin? Karena Jaka sedang memenuhi otaknya.

Sudah lama mereka saling menatap tanpa mengeluarkan sepatah kata. Dinda bingung harus bagaimana. Alhasil ia mengeluarkan topik sendiri. "Kangen?"

"Iya, kangen kamu. Tadi mau masuk ke dalem tapi enggak bisa," Para pembaca pun pasti tau apa alasannya, tapi otak Dinda tidak berpikir kesitu. Di saat orang sedang jatuh hati, segala ceramah orang-orang hanya di dengar tapi tidak dilakukan. But wait, orang sedang jatuh hati? Apakah Dinda sedang jatuh hati?

Jaka memeluk tubuh Dinda. Tubuh gadis itu langsung menegang, matanya melotot namun tidak terlalu membulat. Dinda benar-benar terkejut. Ini baru pertama kalinya ia dipeluk oleh—Jin kan? Tapi kenapa otak Dinda berpikir bahwa Jaka itu seorang manusia berjenis kelamin laki-laki?

Jaka melepas pelukan itu. Menatap wajah Dinda yang terkejut membuatnya tersenyum kecil. Dinda yang melihat itu pun pipinya memerah, bibirnya menahan senyuman yang akan terbit.

"Masuk ke kelas gih, takut ditungguin sama Febi,"

"Febi? Kamu kenal sama dia?" Tanya Dinda.

Kedua tangan Jaka disimpan di atas bahu Dinda. "Kenal, aku bisa lihat kamu sama teman-teman kamu, tapi ada yang beda dikit di antara kamu sama Febi,"

"Udah, balik gih ke kelas nanti kamu dihukum lagi," Dinda mengedipkan matanya beberapa kali, suara Jaka kok halus banget?

"Gapapa dihukum nanti kan bisa ketemu kamu?" Gombal Dinda sudah berani.

Hidung Dinda dicolek oleh Jaka, pipi Dinda semakin memerah.

"Jangan gitu kamu ya, sekolah yang bener jangan jadi cewek nakal,"

"Iya," balas Dinda.

"Balik ke kelas gih," ujar Jaka lagi.

"Hm iya,"

Jaka memberikan jalan untuk Dinda keluar dari toilet ini.

Dinda memegang gagang pintu. "Nanti ketemu di kamar ya," bisik Jaka di samping telinga kanan Dinda, tepat sekali menusuk ke dalam telinga.

"Kamar siapa?" Tanya Dinda. Tangannya masih memegang gagang pintu. Bulu tangannya merinding, namun hatinya berdebar-debar.

"Kamar aku mau?" Tawar Jaka dengan suara halusnya. Kepala Jaka dan Dinda bersebelahan. Dinda menatap ke depan sedangkan Jaka melirik ke wajah Dinda yang tampak menegang.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang