13. Baru rencana

10.3K 1.1K 71
                                    

Mohon maap baru update. Kemarin-kemarin saya fokus ke cerita saya yang satu laginya sampai ending, boleh mampir kalo mau. Dan sudah mulai berangkat sekolah juga (tatap muka) tapi tenang cerita ini tetap berjalan ko.

•••

"Ngeyel sih, gue bilang kan itu bukan Gue. Lagian juga gue enggak sejahat itu sama Lo," ucap Alvin.

"Kalo bukan Alvin terus siapa dong?" Tanya Febi masuk akal. Yang tadi ia lihat tidak ada siapa-siapa kecuali Dinda yang bersikap seperti diganggu oleh seseorang, seseorang itu tidak terlihat.

"Tapi disitu enggak kelihatan siapa yang ganggu Lo, jangan-jangan Lo cuma halusinasi aja, Din?" Alvin melirik ke arah Dinda.

Dinda menatap Alvin dengan tatapan sinis lalu mencubit lengan lelaki itu.

"Cewek tuh kenapa sih apa-apa mukul giliran dipukul balik malah nangis," Alvin tidak meringis, hanya berkomentar saja. Ia selalu dipukul seperti ini, padahal dirinya tidak bersalah.

"Ya Lo mikir lah, Vin, gue merinding kaya gini Lo bilang cuma halusinasi?"

"Kalian berdua tadi liat kan muka gue takut banget? Bahkan sikap gue ke Alvin tadi pun berbeda, artinya gue enggak bohong."

Febi melirik ke Dinda sekilas kemudian beralih ke arah komputer.

"Disini Dinda berperilaku aneh karena ada yang ganggu, dan perilaku Dinda itu enggak keliatan main-main. Kayanya ini benar, tapi yang ganggu Dinda siapa? Alvin sedari tadi diluar, apa jangan-jangan itu hantu yang menyamar jadi Alvin?" Jarinya menunjuk Dinda yang terlihat di komputer itu.

"Ini hantu apa Jin sih jadinya? Kok gue enggak percaya ya?" Usul Alvin yang ada di samping Febi.

"Kaya Febi mah jin, ya kan Feb?"

"Iya, soalnya ciri-ciri perempuan dinikahin sama jin itu terjadi sama Dinda semua."

Alvin menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Hm gue percaya jin itu ada. Gini aja deh, Lo perbanyak ibadah supaya Jin nya menjauh dari Lo. Lo kaya gini juga karena Lo jarang ibadah,"

Dinda berdecak kesal. Kenapa harus dihubungkan dengan ibadah? Ada kok kasus dimana orang sering ibadah tapi dia di dekati oleh jin atau makhluk halus lainnya.

"Ibadan terus yang dipikirin, gue juga ibadah tapi buktinya gue masih kaya gini? Karena ini gak ada hubungannya sama ibadah,"

"Oh ya? Lo di sekolah aja jarang sholat alasannya ini lah itu lah," tuding Alvin. Alvin tidak menghina, tapi memang kenyataannya seperti itu.

Jika Dinda di ajak sholat dengan teman perempuannya, Dinda selalu menolak dengan alasan sholat di rumah.

"Alvin diem mulutnya," tegur Febi.

"Dinda Lo mending fokus ibadah aja okay? Alhamdulillah kalo Lo sering ibadah, dengan cara Lo ibadah juga itu termasuk salah satu cara supaya Jin itu menjauh dari Lo,"

"Hm iya deh, tapi kok gue masih gak yakin kalo itu jin? Ada bukti lain?"

Febi hendak menjawab namun, "Di luar aja ya kalo mau debat, disini bukan tempatnya untuk berdebat." Sang Penjaga ruangan ini mendorong Alvin keluar dari ruangan ini, otomatis Febi dan Dinda pun keluar juga.

Mereka bertiga kembali ke ruangan Dinda di rawat.

Di saat Dinda kembali tiduran di atas kasur, pintu ruangan terbuka dan ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang datang.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang