24. Marahan?

6.6K 782 58
                                        

Pagi harinya, Dinda bangun lebih awal. Bukan ada maksud tertentu, ia terbangun dengan sendirinya. Bergegaslah ia ke kamar mandi untuk melakukan ritual.

Ketika keluar kamar mandi dengan pakaian seragam yang lengkap sesuai hari Sabtu, Aisyah yang sedang beres-beres sedikit kaget melihat anaknya sudah bangun. Apalagi ditambah saat melihat jam yang menunjukkan pukul 05.24

"Tumben sih kamu bangun pagi," celetuk Aisyah saat tadi terdiam sejenak karena terkejut, sekarang ia melanjutkan kegiatannya.

Dinda menginjak-injakan kakinya di atas keset lalu melenggang pergi ke kamarnya.

Aisyah langsung berhenti. Dinda tidak menjawab ucapannya, mungkin anaknya marah padanya gara-gara masalah kemarin.

Mengingat masalah yang terjadi kemarin, ia langsung teringat pada Firman. Tentang foto itu juga tentunya.

"Ah siapa ya yang kirim foto itu, dan siapa juga sosok yang mirip aku. Bisa banget," gerutunya lalu melanjutkan beres-beres.

Di kamar Dinda, Dinda melirik lagi pada jam yang sudah berganti dan menunjukkan pukul 05.30

Setelah merapihkan pakaiannya di hadapan kaca. Gadis itu langsung keluar kamarnya dengan wajah datar. Ia langsung menuju ke dapur untuk sarapan pagi.

Aisyah sedang berada di kamarnya, entah melakukan apa.

Di dapur, Dinda sudah duduk di hadapi dengan makanan-makanan buatan Aisyah.

"Ssstt!!" Suara itu berasal dari arah kanannya. Dinda langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati Jaka tengah berdiri menghadapnya dengan wajah tersenyum.

"Inget ya!" Pesan Jaka ceria.

"Hah? Ingat apa??" Beo Dinda.

Dalam satu kedipan Jaka sudah menghilang dari mata Dinda. Ia menghela napasnya kasar dan memilih untuk lanjut makan.

Ya seperti biasa, makan tanpa membaca doa terlebih dahulu.

"Kamu pulang sekolah jam berapa? Nanti Ibu Felisa datang jam—"

"Aku enggak mau," tekan Dinda sekaligus penolakan.

Aisyah berada di belakang Dinda. Menatap punggung anaknya yang enggan membalik kepadanya.

"Kamu kenapa?" Aisyah beralih duduk di hadapan Dinda.

"Kenapa apa? Nanti cerita malah enggak di dengar, ujung-ujungnya ditampar sih buat apa," ucap Dinda terkesan menyindir.

"Maaf ya Ibu kebawa emosi kemarin," ucap Aisyah. Sebenarnya bukan emosi lagi, tapi kecewa. Namun sekarang ia mementingkan anaknya terlebih dahulu, selanjutnya barulah dibicarakan baik-baik lagi dengan anaknya.

"Kemarin aku kebawa emosi juga tapi enggak sampai nampar Ibu kan?"

Ah, benar juga apa yang dikatakan oleh Dinda. Sampai-sampai Aisyah dibuat terdiam olehnya.

"Kamu pulang jam berapa?" Tanya Aisyah mengalihkan.

"Dibilang enggak mau ya enggak mau," Dinda berdiri dan menyimpan piring kotornya di tempat cucian piring alias piring bekas makannya tadi.

"Oke deh, kamu enggak mau ya Jin nya pergi dari kamu? Kamu mau dia gangguin kamu terus??"

"Iya mau," jawab Dinda singkat, padat, dan jelas. Dinda langsung melenggang pergi ke kamarnya.

Aisyah semakin dibuat terdiam oleh anaknya. Apakah tadi anaknya hanya bercanda? Atau beneran?

Jika ditebak dari raut wajah, Dinda tampak serius.

Masalah ini harus cepat-cepat dibahas dengan suaminya!

Aisyah bergegas masuk ke kamarnya. Pintu kamar dibiarkan terbuka.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang