16. Jin berkata

10.8K 1.3K 124
                                    

"Dinda sini duduk," panggil Firman.

Dinda menghela napasnya lega. Firman tidak marah saat Dinda berkata kasar, mungkin tidak mendengarnya atau mendengar namun mengalihkannya.

Dinda berjalan mendekati Ayahnya. Tangan Firman menepuk sofa yang ia duduki, di sampingnya ada kursi kosong. Dinda pun duduk disitu.

Posisinya adalah Azmi di samping kiri Firman namun dengan sofa yang berbeda, dan Dinda di samping kanan Firman dengan sofa yang sama.

Firman menghadapkan tubuhnya ke arah Dinda. "Kamu mau tau kan makhluk apa yang selama ini ganggu kamu?" Tanya Firman dan Dinda langsung mengangguk.

Dari situlah Dinda paham bahwa tujuannya lelaki itu datang untuk menjelaskan semuanya. Mungkin lelaki itu juga sudah paham tentang hal yang dialami Dinda.

Firman beralih kepada Azmi lalu memberikan kode bahwa Dinda sudah siap untuk di tes.

"Oke," balas Azmi.

Firman berdiri dan pindah tempat duduk di samping Dinda. Azmi pun agak memajukan duduknya agar bisa menjangkau Dinda, namun jarak mereka tidak terlalu dekat.

"Jadi, Dinda perkenalkan nama saya Azmi. Saya temannya Ayah kamu,"

Dinda mengangguk. Tapi hatinya masih tak percaya jika mereka berdua berteman. Jika memang berteman maka usia Azmi tak jauh dari usia Firman. Tapi wajah Azmi terlihat masih muda, seperti anak Mahasiswa.

"Boleh kamu sebutin gangguan apa aja yang pernah kamu alami?"

Seketika Dinda lupa dengan semua yang ia alami. Hanya ingat beberapa saja.

"Yang saya ingat ya, banyak sih,"

Dinda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, apa aja?"

"Tadi kemarin pas saya di rumah sakit, di sekolah, di kamar,"

"Banyak lah!" Seru Dinda.

"Menurut kamu itu makhluk apa?"

Dinda melongo. Jin kah?

"Jin mungkin?"

"Sebentar, gangguan yang kamu alami itu seperti apa?" Tanya Azmi lagi. Sebabnya Dinda tidak menjelaskan apa yang dialaminya.

"Saya kalo tidur pasti merasa ada yang naik ke tubuh,"

"Sama waktu itu, kaya ada yang sembunyi di dalam lemari. Dan banyak lagi sih, tapi saya lupa,"

Azmi mengangguk-angguk.
"Saya sudah percaya sama yang kamu ceritakan, terlebih lagi Ayah kamu menyampaikan cerita yang sama,"

Azmi mengambil tasnya yang ada di samping kiri. Tas itu pun dibuka olehnya, Azmi mengambil sebuah kertas lalu diberikannya kepada Dinda.

Dinda menerimanya dan langsung membaca tulisan yang ada di kertas itu.

"Hah? Untuk apa ini, Ustadz?" Dinda mendongakkan kepalanya menatap ke arah Ustad Azmi.

"Yang menganggu kamu itu sosok Jin. Cara mengusir Jin ya dengan membaca ayat-ayat Alkitab suci Al-Qur'an." Jawab Azmi enteng.

"Jadi saya harus mengaji gitu?" Azmi mengangguk.

"Baca saja yang kamu mau, yang lebih pendek juga boleh," ujar Azmi.

"Jadi Ustadz datang kesini cuma nyuruh saya ngaji? Gitu doang?" Azmi mengangguk lagi.

Dinda membalikkan badannya menghadap ke arah Firman lalu berkata, "Kalo cuma kaya gitu doang enggak usah panggil Ustadz lagi," kesal Dinda.

Ia kira akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya, ternyata dirinya hanya disuruh mengaji.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang