Dinda langsung menampar wajah Alvin. Alvin merupakan lelaki yang baik, itu yang pertama Dinda dapagkan saat melihat Alvin. Tapi, setelah kejadian ini maka Alvin adalah lelaki brengsek.
Alvin berdiri dan memegang pipinya. Lelaki itu menatap Dinda dengan tersenyum, wajahnya masih santai. Dinda mundur, tangannya mencari benda untuk melindungi diri.
"Aku keluar dulu ya, sayang. Jaga diri baik-baik," ucap Alvin dengan suara seraknya. Alvin keluar dari ruangan ini, menyisakan Dinda yang ketakutan.
Dinda menekuk kakinya dan memeluknya. Ia ketakutan, air matanya keluar. Tidak menangis, hanya keluar sedikit saja.
Ceklek
Febi berjalan ke arah Dinda, dan duduk di kursi. Di tangan Febi ada cilok yang tadi dibawa Alvin, lalu cilok itu diberikan kepada Dinda.
"Din, Lo kenapa?" Tanya Febi heran.
"Feb.... Alvin Feb.. Alvin jahat," lirih Dinda dengan suara lemahnya.
Febi terkejut. Ada apa dengan Dinda?
Febi duduk di kursi dan tangan kanannya merangkul Dinda.
"Hey? Kenapa?"
"Ta—tadi Alvin—pe-pelecehan,"
"Apanya?" Beo Febi tidak paham.
"Tadi Alvin mau nyium Gue—terus dia dekat-dekat gitu. Asli dia jahat banget, gak nyangka Gue. Jahat banget,"
"Alvin ngelakuin kaya gitu? Gak mungkin, Din. Tadi dia di depan kok sama Gue,"
"Iya tau—tapi sebelum itu dia datang kesini...Aaa Febi ini gimana kesel Gue...," Kesal Dinda.
"Ini Lo beneran atau boong sih? Gue gak percaya,"
Dinda menatap Febi. "Serius, Feb. Gue gak bohong!"
Melihat wajah Dinda yang tampak serius, Febi pun percaya saja. Tapi ia tidak percaya bahwa Alvin melakukan itu.
"Bentar, deh.. Gue panggil aja si Alvin nya biar jelas."
Febi hendak berdiri, tapi tangannya ditahan oleh Dinda.
Dinda menggeleng lemah. "Jangan, Feb. Gue jadi mual liat mukanya, ganteng-ganteng tapi bejat kaya gitu."
"Ya biar jelas, Din. Kalo Gue denger dari Lo doang ya gak akan paham,"
"Oh ya udah deh sok sana," Dinda melepaskan.
Febi pun keluar menemui Alvin.
"Vin, Lo ngapain si Dinda si?" Tanya Febi.
Alvin mengerutkan dahinya. "Apanya si?"
"Dinda mau nangis! Lo ngapain dia hah?!"
"Feb istighfar! Gue gak tau apa-apa! Jelasin dulu coba," gerutu Alvin.
"Astaghfirullah. Oke-oke Gue jelasin nih," Febi menarik napasnya lalu menghembuskan nya.
"Tadi Dinda mau nangis, mukanya merah. Dia bilang katanya tadi Lo mau nyium dia, dekat-dekat gitu,"
"Maksudnya gimana? Don't make up story', dari tadi Gue disini terus. Bahkan Lo juga tau kan?"
"Iya sih, Gue juga ga percaya sama cerita Dinda. Tapi mukanya serius banget, asli kalo Lo liat dia pasti bakal percaya walaupun ga percaya sama yang diceritain."
Alvin masuk ke dalam ruangan lalu disusul oleh Febi.
"Din, maksudnya apa?" Tanya Alvin berdiri di pinggir kasur Dinda.
"Lo emang bajingan, Vin." Umpat Dinda.
"Apanya sih? Gak paham Gue tuh,"
"Lo tadi maksudnya apaan deket-deket ke Gue hah?! Mana pake megang-megang bibir?!" Dinda menatap ke Alvin dengan tatapan benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...