Yang memeluk Dinda tiba-tiba adalah Jaka. Mengingat Jaka, ia langsung teringat pada Jaka Sang Ketua OSIS.
Tidak ada respon yang Dinsa berikan pada Jaka. Gadis itu masih terdiam membiarkan Jaka memeluknya.
Jaka yang merasa aneh pun langsung membalikkan tubuh Dinda mengarah padanya.
"Hey kenapa?" Jaka membuyarkan lamunan Dinda menggunakan tangannya.
"Gapapa," jawab Dinda kemudian tersenyum agar tidak menimbulkan rasa curiga.
"Aku bisa lihat lho segala sesuatu yang kamu lakuin," ucap Jaka seakan-akan memberitahu bahwa ia tau apa yang Dinda lakukan walaupun Jaka tidak menampakkan diri.
"Iya," jawab Dinda pelan.
Tinggi Dinda setara dengan dada Jaka. Jaka yang di hadapannya sekarang benar-benar mirip dengan Jaka yang di kantin. Yang di hadapannya ini versi hangatnya, sedangkan yang di kantin itu versi dinginnya.
Jaka membungkukkan badannya agar bisa melihat wajah Dinda.
"Kamu kenapa?" Tanya Jaka di hadapan gadis itu.
"Kamu kenapa menyamar jadi Jaka teman aku? Nama asli kamu siapa?" Tanya Dinda sambil menatap ke bawah. Ia tidak berani menatap ke arah Jaka karena takutnya lelaki itu akan marah saat mendengar pertanyaannya.
"Ya suka-suka aku, selagi aku bisa jadi apa yang kamu mau kan kenapa enggak gitu?"
"Maksudnya?" Kini Dinda menatap wajah Jaka.
"Kamu kagum kan sama Jaka si Ketua OSIS itu? Ya udah aku jadi dia aja deh,"
Dinda mengedipkan matanya. Berarti Jaka ini bisa menjadi siapa saja sesukanya?
"Kamu tau darimana kalo aku kagum sama Jaka Ketua OSIS?"
Padahal tadi Jaka sudah mengatakan jawabannya. Karena gemas, Jaka mencolek hidung Dinda.
"Kan tadi aku udah bilang. Apapun yang kamu lakukan pastinya aku bisa lihat,"
Mandi? Makan? Tidur? Ganti baju? Batin Dinda baru sekarang kepikiran sampai situ.
"Kalo aku mandi atau ganti baju masa iya kamu bisa lihat? Itu kan privasi,"
"Enggak kok aku enggak lihat," jawab Jaka.
Dinda mengangguk pelan. "Bagus deh,"
Jaka menegakkan tubuhnya. Tangannya menggandeng tangan Dinda untuk membawanya ke kelas.
Langkah mereka berdua berhenti karena Dinda menarik tangan Jaka yang membuat lelaki itu berhenti.
Kepala Jaka menoleh ke arah Dinda dan memasang wajah bertanya. "Kenapa berhenti?"
"Mau nanya boleh enggak?"
"Iya, nanya apa?"
Dinda diam sejenak untuk mengumpulkan nyawa. "Wujud asli kamu itu kaya gimana?"
"Kamu enggak perlu tahu, kamu cukup tahu kalo aku sayang sama kamu," balas Jaka.
"Kok gitu? Yang namanya orang saling suka itu harus tahu wujudnya,"
"Emang kamu suka sama aku?" Dinda terdiam sejenak kemudian mengangguk tanpa berpikir lebih lanjut. Karena saking penasarannya.
"Intinya kamu enggak perlu tahu wujud asli aku deh, nanti takut malah bahaya,"
"Dah yuk ke kelas!" Jaka menghadap ke depan dan kembali berjalan.
Di sepanjang jalan Dinda hanya diam. Hingga akhirnya Jaka menghilang dan Dinda pun melanjutkan ke kelas sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...