7. Ke kafe itu

13.6K 1.4K 84
                                    

"Din, barangkali kamu pulangnya lebih cepat, Ibu simpan kuncinya di bawah meja ya." Ucap Aisyah yang sedang menyalakan mesin mobil.

"Oke, Bu! Ibu hati-hati ya!" Pesan Dinda.

"Iya."

"Assalamu'alaikum." Ucap Aisyah.

"Wa'alaikumsalam."

Aisyah mulai pergi menggunakan mobilnya. Dinda menutup pagar. Ia berjalan ke jalan raya besar untuk mendapatkan angkot. Di jalan, ia melihat tempat sampah.

Dinda mengeluarkan dua plastik. Yang satunya berisi bakso, dan satunya berisi makanan serta puding yang dibuat oleh ibunya. Ia langsung membuangnya disana. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya ke jalan raya.

"Angkot, neng?" Dinda mengangguk lalu masuk ke angkot.

Beberapa menit kemudian.

Dinda turun dari angkot, ia memberikan uang kepada supir angkot. Ia membalikkan badannya dan menghadap rumah Febi yang lumayan besar. Angkot pun pergi.

Terdengar suara Febi yang sedang mengaji. Dinda mengetuk pintu rumah Febi.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam," balas Kak Al dari dalam.

"Dinda. Ada apa? Mau ada tugas belajar kah?" Tanya Al ketika melihat Dinda membawa tas sekolah.

Dinda menggelengkan kepalanya pelan. "Mau jenguk Febi, sekalian main juga. Boleh kan?"

"Boleh lah, sok masuk aja." Al membuka pintu rumah lebar-lebar.

Dinda masuk ke dalam. Febi keluar dari kamarnya menggunakan mukena.

"Mau sekarang?" Tanya Febi.

Al hendak ke kamarnya sendiri, tapi saat melihat Febi ia berhenti.

"Heh mau kemana kamu? Barusan kesetrum langsung main-main aja," Tanya Al kepada Febi.

"Mau ke kafe bentar, ada urusan. Gak lama kok, iya kan Din?" Usul Febi.

Dinda mengangguk, ia menoleh ke Al. "Aku pengen kembaliin celana ini aja, Kak. Abis itu langsung pulang kok,"

Al menghela napasnya kasar. "Ya udah, jangan lama-lama." Pesan Al kemudian masuk ke kamarnya.

"Katanya udah izin," cibir Dinda sekalian menoleh ke Febi.

"Lupa. Ini mau sekarang?"

"Lo lanjut ngajinya aja dulu, gak baik ngaji setengah-setengah tuh."

"Gak ah, takutnya Lo kepanasan. Lagian tadi ngajinya juga udah selesai,"

"Iya deh, buru ganti baju."

Febi masuk ke kamarnya. "Duduk aja dulu!" Teriak Febi dari dalam kamarnya.

Dinda pun duduk di sofa. Sebenarnya jika Febi tidak menyuruhnya, Dinda akan tetap duduk.

Tak lama kemudian Febi keluar kamar menggunakan baju muslim panjang. Seperti orang yang ingin pergi ke Masjid. Tapi, Febi sudah terbiasa seperti itu. Dinda pun sudah tidak kaget lagi.

"Naik angkot aja ya?" Ucap Febi dan Dinda mengangguk.

Mereka keluar dari rumah Febi lalu menuju jalan besar. Berdiri di pinggir jalan sambil menunggu angkot datang menghampiri mereka.

Hingga salah satu angkot berhenti di hadapan mereka. "Angkot, neng?"

"Iya, Pak." Balas Febi.

Dinda dan Febi masuk ke dalam angkot. Tidak ada siapa-siapa di dalam angkot itu.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang