Hai hai makasih udah mampir, btw kalian bisa mampir kesini jalur apa?
"Ibu aku minta maaf ya untuk kesalahan-kesalahanku yang kemarin," ucap Dinda yang tengah duduk di samping Aisyah yang berbaring di atas kasur. Dinda menggunakan kursi rias untuk duduk. Di meja dekat kasurnya, sudah tersedia bubur buatannya sendiri untuk Aisyah.
Jika biasanya Aisyah yang membuatkan sarapan untuk Dinda, maka sekarang biarkan Dinda membuat sarapan untuk ibunya. Ya walaupun sekarang Aisyah bangun di malam hari pukul 23.05
"Kesalahan yang mana, Dinda?" Tanya Aisyah pelan. Yang mana? Segitu banyaknya kesalahan Dinda sampai-sampai ibunya pun lupa.
"Kesalahanku banyak banget ya, Bu. Tapi kali ini aku minta maaf untuk kejadian kemarin-kemarin, yang melawan Ibu sama buang sarapan Ibu buat aku sekolah,"
Aisyah langsung mengingat kejadian itu. Aisyah menghela napasnya lega. Tentunya ia sangat bersyukur kepada Tuhan. Anaknya mengucapkan kata maaf kepadanya saja itu sudah cukup. Entah hidayah apa yang datang pada Dinda, namun Aisyah hanya berpikir positif.
"Iya Ibu maafin kok. Maafin Ibu juga ya udah nampar Dinda waktu itu," ucap Aisyah pelan. Dinda selalu mendengar suara pelan ibunya, hal itu yang membuatnya selalu merendahkan suara saat berbicara dengan ibunya.
"Ibu baik banget, Dinda senang punya Ibu kaya gini," Dinda memeluk ibunya tiba-tiba. Aisyah membalas pelukan anaknya. Sudah lama tidak berpelukan, sekalinya berpelukan karena ada masalah dan selesai.
"Tadi Ibu mimpi kamu pergi jauh,"
Dinda melepaskan pelukannya dan kembali duduk di kursi rias. Air matanya keluar saat memeluk ibunya, tentunya langsung Dinda usap air mata itu. Baginya tidak bagus jika menangis di hadapan orang lain, apalagi di hadapan orang tua. Akan nampak sangat lemah dirinya.
"Oh ya? Pergi kemana?"
Mata Aisyah menatap penuh ke arah anaknya. Hasil didikannya selama ini, Dinda. Aisyah akan sangat bangga jika kelak Dinda akan menjadi wanita yang mempunyai rasa hormat dan sopan sesama manusia, karena itulah yang Aisyah tanamkan selama ini kepada anaknya.
"Enggak tahu. Yang pasti sih ya kamu itu pergi jauh,"
"Ih Ibu mah jangan diceritain kalo mimpi kaya gitu. Nantinya beneran terjadi,"
Aisyah tertawa pelan. "Kata siapa?"
"Dinda pernah denger sih katanya kalo kita mimpi terus diceritain tuh nantinya bakal terkabul mimpinya," ucap Dinda menjelaskan.
Aisyah menggelengkan kepalanya pelan. Jaman sekarang masih ada saja mitos seperti ini. Jika memang itu benar, maka ia akan menceritakan semua mimpinya yang bahagia.
"Kalo emang bener juga nanti Ibu bakal cerita kalo Ibu pernah mimpi jadi orang paling kaya sedunia,"
"Hahaha Ibu mah bisa aja deh, oh ya Bu kata Ayah nanti besok Ayah pulang."
Ekspresi Aisyah berubah yang tadinya tertawa kini berhenti tertawa.
"Oh ya? Kamu tadi nelepon Ayah?" Dinda mengangguk lalu menjawab, "Iya tadi aku bilang ke Ayah kalo Ibu pingsan."
"Ibu masalah jin—"
"Nanti kita bahas kalo ada Ayah ya," cegah Aisyah dengan senyuman di wajahnya. Dinda sedikit ragu namun sedetik kemudian ia mengangguk. Karena ia yakin, setiap masalah ada solusinya.
"Mau makan," rengek Aisyah sambil menatap mangkok yang ada di atas meja.
"Eh iya-iya," Dinda mengambil mangkok itu lalu mulai menyuapi ibunya.
•••
"Din zodiak Lo kan Scorpio. Tapi...,"
"Seorang Scorpio terkenal sangat pintar, cerdik, dan tanggap." Perempuan yang duduk di samping Dinda membacakan teks yang ia cari di internet.
![](https://img.wattpad.com/cover/273913828-288-k927925.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...