Jangan bully si Dinda. Di akhir part saya mau bahas satu persatu masalah yang ada di cerita ini. Masalah itu berkaitan sama dunia nyata, bahkan kalo ditanya ke Guru agama pun ya jawabannya bener/sekilas sama lah (kalo salah pun boleh kalian komentar disini) Saya munculin banget nih si Dinda, kalian sadar gak sih? 😌
•••
"Ibu bilang kalo aku enggak boleh suka sama kamu, dan kita enggak boleh kaya gini,"
Di dalam hati, Dinda menduga bahwa Jaka akan terdiam. Dan benarlah dugaannya itu.
"Kamu mau?" Tanya Jaka setelah terdiam.
Dinda menatap manik mata Jaka. Namun sedetik kemudian ia tertawa. Bukan karena menertawakan Jaka, tapi karena ia berbicara dengan kantung mata yang baik turun. Apalagi saat menyadari bahwa kantung matanya membesar.
Bukannya bertanya apa alasan Dinda tertawa, kini Jaka malah tersenyum. Dinda semakin tertawa saat matanya melihat Jaka tersenyum, ukuran wajah Jaka agak berbeda mungkin faktor mata Dinda yang menyipit.
Dinda berhenti tertawa. "Lanjut ketawa gih, kamu lucu kalo ketawa," ujar Jaka.
"Ih Jaka apa sihhh!!" Dinda reflek menabok kepala Jaka. Lelaki itu tertawa pelan.
"Orang bener kok, enggak boong," ucap Jaka.
"Gak lucu!"
"Menurut aku ya, aku sama kamu tuh enggak bisa pisah, Din." Ucap Jaka mengalihkan.
"Beneran enggak bisa? Tapi kata Ibu bisa kok," ujar Dinda. Seingatnya, Aisyah atau Firman pernah berkata seperti itu.
"Kalian Bani Adam, enggak bakal tahu. Kami bangsa—"
"Hm intinya kita enggak bisa terpisah, Din. Dimana ada kamu dan disitu ada aku,"
"Kok gitu?"
"Iya gitu, makannya jangan pergi-pergi," Jaka mencolek hidung Dinda.
"Jangan sedih lagi ya? Tidur aja gih,"
Dinda melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 16.47 kemudian ia menatap ke Jaka lagi.
"Enggak ah, mau Maghrib,"
"Biasa kamu mah enggak mau tidur kalo mau Maghrib tuh," celetuk Jaka.
"Iyalah, kata Ibu tuh enggak baik—eh kok kamu tau? Jangan-jangan kamu merhatiin aku?"
Jaka tersenyum tipis. "Semua yang kamu lakuin pasti aku bisa lihat, karena aku tahu caranya."
Tunggu! Kok Dinda baper ya dengarnya?
"Ih cara apa lagi!!" Reaksi perempuan saat baper.
"Kalo kamu sih mau pisah atau tetep kaya gini?" Tanya balik Jaka.
"Hm kalo aku maunya—"
Dinda mengunci bibirnya rapat-rapat. Mata kedua insan ini saling bertemu. Dinda pun semakin gugup untuk melanjutkan kalimat yang ingin ia jawab.
"Maunya kita bareng kaya gini aja deh, hehe." Jawab Dinda.
"Kok jawabnya kaya terpaksa gitu?"
"Eh enggak kok!"
"Tapi, Jaka..., Mau aku pisah atau mau tetep bareng kan kamu tetep bareng aku, terus kenapa kamu nanya kaya gitu?"
"Aku bisa enggak ganggu kamu kalo kamu mau pisah,"
"Oh gitu, jadi kita berdua ini kaya orang pacaran ya?"
"Pacaran? Mau?" Tanya Jaka terkesan mengajak.

KAMU SEDANG MEMBACA
HE LOVE ME (END)
Mystery / ThrillerSemua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak membuang pembalut sembarangan. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku membaca doa sebelum masuk ke kamar mandi dan membuka pakaian. Semua ini tidak akan terjadi jika Aku tidak berlebihan saat sedih ataupun...