36. Beda tapi tetap sakit

4.9K 674 16
                                    

"Anak-anak seperti berita gosip yang sedang viral di sekolah ini, terutama pada anak kelas 12, ujian kelulusan akan segera dilaksanakan. Hari Senin depan ya, tanggal 18 Oktober ya."

"Jadwal nya mana, Bu?" Tanya salah satu murid yang duduk di barisan depan.

Guru perempuan itu menoleh pada anak yang bertanya. "Nanti Ibu bagiin, ya. Kalian belajar aja dulu, hari Jumat Ibu bagiin okey?"

"Oke Bu!!"

"Sekarang Ibu bakal kasih kisi-kisi mata pelajaran PKN."

Guru itu mengambil spidol lalu menulis kisi-kisi di papan tulis.

Setelah selesai, tubuhnya berbalik menghadap para murid.

"Di catat ya, buat belajar,"

"Oke, Bu!"

Mereka mulai mencatat, walaupun hanya sebagian dari mereka. Dinda tetap mencatat, hanya untuk mengisi waktu luang saja agar dapat melupakan sosok itu.

"Selesai ya waktunya. Ibu balik ke kantor ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab semua murid. Guru itu membawa alat tulisnya dan keluar dari kelas.

Bertepatan dengan pamitannya Guru itu, bel pulang berbunyi.

Dinda dan Febi sedang mencatat. Di hadapan mereka ada Alvin dan juga Bagas yang duduk berdua.

"Cape banget anj—"

Plak

"Shut!" Febi menyimpan buku tulisnya di atas meja yang tadi berfungsi untuk menabok mulut Dinda.

"Febi sakit Anjeng mulut gueee udah dower nambah dower,"

"Buku cetaknya disimpan di meja gue!" Teriak Andre.

"Din kalo ngomong bahasanya di Jaga coba. Lo tuh cewek," tegur Bagus yang duduk di belakang Dinda.

Bagus sebagai laki-laki yang bukan siapa-siapanya Dinda saja terganggu mendengar itu.

"Hm ya ya ya!!"

"Din, tadi Lo nyatet yang Bahasa Indonesia gak sih? Kirim sih nanti ya ke gue, tadi kurang jelas,"

"Okay!!" Balas Dinda bersemangat.

Karena jam pulang sudah berbunyi, banyak siswa yang sudah keluar dari kelasnya masing-masing termasuk kelas ini juga.

Perlahan teman sekelasnya keluar. Febi sedang memasukkan buku serta alat tulisnya ke dalam tas, begitu juga dengan Dinda.

"Feb, gue udah piket!" Teriak Zaki yang sedang menghapus papan tulis.

Febi menoleh ke arah Zaki. "Piket apaan Lo cuma bersihin papan tulis!!"

Ya begitu lah laki-laki di kelasnya. Suka mengaku sudah piket padahal hanya menyapu papan tulis. Ujung-ujungnya yang menyapu dan mengepel adalah anak perempuan.

"Dih ini sih lagi piket!"

"Nih nih nih!" Zaki membersihkan papan tulis dengan gaya.

"Febi tolong simpen di perpustakaan ya! Tadi kan gue udah ambil," ucap Andre yang sedang menata buku cetak.

"Hah? Kok gue? Apa banget sih lu pada ke gue Mulu, tuh si Dinda ah males banget," gerutu Febi.

Febi memasang tasnya di punggung. Satu buku cetak yang digunakan oleh Dinda dan Febi bersamaan dikembalikan kepada Andre oleh Febi.

"Heh Februari! Ini dih disimpan dulu," ucap Andre sambil menahan lengan Febi yang terbalut baju tentunya. Febi memakai baju panjang dan berkerudung.

"Dih gila megang-megang, inget cuy lo tuh cowok dan gue cewek, jaga jarak bang." Febi menarik tangannya.

HE LOVE ME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang