3. Perinsip

2.1K 172 3
                                    

Normal pov...

Sudah sekitar 30 menit Adeffa melamun di halaman depan ndalem Abah yai, dia duduk di kursi kayu yang menghadap ke gerbang pesantren.

' kau kenapa? ' sebuah suara terdengar di telinga Adeffa. Adeffa sangat familiar dengan suara ini, suara yang dimiliki sahabatnya.

' nggak papa ' Adeffa membalas telepati dari sahabatnya itu.

Kalian tahu kan telepati? berbicara melalui pikiran atau berbicara tanpa komunikasi, Adeffa bisa melakukan hal itu..

Iris hitam kecoklatan milik Adeffa melihat empat mobil mewah memasuki kawasan pesantren. Adeffa tak mau ambil pusing siapa mereka.

Keluar lah seorang gadis berhijab dari salah satu mobil dan langsung memeluk erat Adeffa.

" Aku kangen banget sama Kak Adeffa" ucap gadis itu sambil memeluk Adeffa.

" Del udah dong meluknya" Adeffa mencoba melepas pelukan Delia padanya. Idelia Malinda Quinta Alawi atau biasa si sapa Ning Delia ini adalah putri dari Gus Fauzi sekaligus sepupu Adeffa dan cucu KH. Kholil Al-Alawi.

" Siapa Ning?" Pertannyaan itu keluar dari M. Zalvin Malik Zahir Pratama. Ning Delia memang pulang dari kampus bersama dengan Zalvin, karena Zalvin akan mampir ke pesantren.

" Ini Kak Adeffa, Kak Zalvin masak lupa?" Ning Delia memperkenalkan Adeffa.

" Ning Adeffa?" Zalvin mastikan bahwa ingatannya tentang gadis kecil yang dulu bertengkar dengan kakaknya itu, Adeffa membalas dengan anggukan kecil di sertai senyuman manis milik Adeffa.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata milik pemuda berjas abu-abu yang menatap kagum kearah Adeffa.

Lalu ada mobil Audi mewah masuk dari gerbang pesantren.










***










" Adeffa?" Guman pemuda yang baru saja menghentikan mobil Audi mewahnya di halaman pesantren sambil melihat Adeffa yang sedang bercengkrama dengan saudara saudaranya dan pujaan hati nya.

Saat turun dari mobil pemuda itu melihat adik laki-lakinya yang bernama Zein Al-Fatih Pratama itu tengah menatap Adeffa.

" Kak Zelvin!!" Teriak adik bungsunya Zeina Ameliya Al-Fatih Pratama sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Adeffa yang melihat Zelvin langsung melepas kedua sepatu yang ia kenakan, sepatu yang satu ia lempar dan tepat mengenai kepala Zelvin, lalu Adeffa berjalan ke arah Zelvin dengan memegang sepatu yabg satunya, Zelvin masih mengasuh sakit atas lemparan sepatu yang mengenai kepalanya barusan, sedangkan yang melihat kejadian tersebut dibuat terkejut.

" Kamu apa-apaan sih Deff?!" Zelvin merasa tak terima karena di timpuk dengan sepatu.

" Gue mau balas dendam!" Setelah mengatakan itu Adeffa memukul Zelvin dengan sepatunya.

Saudara saudara Zelvin dan Ning Delia menatap tak percaya dengan apa yang mereka lihat, karena tidak ada seorangpun yang berani menantang seorang Zelvin Fatahilah Putra Pratama.

" Deff! Berhenti!!" Teriak Zelvin yang berusaha melindungi diri dari pukulan seorang Adeffa Nadine Al-Alawi.

" Enak aja, Lo udah tinggalin gue, untung gue nggak mati di sana!!' Adeffa semakin mengamuk dan memukul Zelvin dengan membabi buta.

" Bisa gue jelasin!" Zelvin berhasil mencekal kedua tangan Adeffa dan membuang sepatu yang di gunakan Adeffa untuk memukulinya.

" Waktu itu gue ada urusan penting" Zelvin mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

Adeffa kembali menyerang Zelvin dengan tangan kosong, terjadilah pertarungan di antara keduanya, yang melihat seketika merasa heran karena ada perkelahian yang sengit antara Zelvin Fatahilah Putra Pratama yang mereka kenal sebagi alumni pesantren dan gadis yang baru mereka tahu adalah putri dari Gus mereka.

Di serangan terakhir Adeffa berhasil mendaratkan sebuah pukulan di sudut bibir Zelvin dan membuat sudut bibir itu mengeluarkan darah.

" Adeffa!!" Teriakan itu berasal dari Uminya Adeffa, yang tak lain dan tak bukan adalah Ning Dila.

Yang berada di ndalem KH. Kholil keluar kerena teriakan Ning Dila barusan, sang umi segera berjalan ke arah putrinya dengan muka garang miliknya.

" Umi ini nggak seperti yang umi lihat" Adeffa ingin menjelaskan tapi sudah terlambat karena sang umi sudah menarik telinga sebelah kanannya.

" Eh.. Zelvin! Ngomong ke Lo!" Teriak Adeffa yang kesakitan.

" Umi sebenarnya Zelvin yang salah udah ninggalin Adeffa sendirian waktu ada tugas dari Gus Fariz, akhirnya Adeffa sakit selama seminggu" Zelvin menjelaskan dengan tenang.

"' iya umi, untung adeffa nggak mati" kata Adeffa sambil memegangi telinganya yang baru saja di lepaskan dari jeweran tangan sang umi.

" Belum ada sehari di sini udah bikin ulah" sindiran itu datang dari Ning Zaza.

" Adeffa umi tuh malu sama orang-orang" sang umi mulai memarahi Adeffa.

" Seharusnya anda tidak perlu malu, Adeffa cantik, anak yang baik, cerdas, berprestasi, mandiri, dan Adeffa tidak pernah meminta apapun pada and, Bakan ia diam saja saat anda meninggalkannya di Surabaya, Adeffa tidak pernah menangisi apa yang sudah orang lain lakukan padanya, bahkan ia tetap menyayangi anda walau anda membuangnya" Zelvin berkata dengan tegas dan tatapan matanya yang tajam bagai belati.

" Kakak tidak seharusnya berbicara seperti itu pada.."

" Aku berbicara pada seorang ibu, bukan kepada guru ku" Zelvin memotong perkataan Zein.

" Tapi kakak udah nggak sopan " giliran Zelvin yang berbicara.

" Zel aku nggak akan maafin kamu kasih tahu yang sebenarnya" Adeffa mengancam Zelvin.

" Minta maaf sama umi aku sekarang!!" Adeffa berkata penuh penekanan pada Zelvin.

" Kamu jelas tahu perinsipku Adeffa Nadine Al-Alawi!" perkataan Zelvin datar dan pandangan matanya tajam pada Adeffa.

" Kamu juga tahu perinsipku Muhammad Zelvin Fatahilah Putra Pratama!" Adeffa menatap Zelvin tak kalah tajam.
































TBC










Tuban, 05 Juli 2021

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang