4. Prediks

1.8K 161 3
                                    

Normal pov...

Gus Fariz berhasil melerai dan menengahi kesalahan yang terjadi. Zelvin dan ke empat adiknya sedang di dalam kamar Abah yai, Adeffa pergi ke kamarnya, sedangkan Ning Delia pergi ke ndalem timur.

" Itu bibirmu tidak papa Zelvin?" Abah yai bertannya dengan kawatir.

" Tidak papa Abah yai Zelvin pantas mendapatkan ini" Zelvin menjawab seadanya, karena merasa tidak enak sudah membuat gaduh di pesantren.

" Bagaiman keadaan Abah yai?" Zein bertannya untuk mencairkan suasana.

" Sudah lebih baik setelah Adeffa dan kalian menjenguk Abah" Abah yai menjawab dengan berseri-seri.

" Seperti nya ada yang ingin Abah yai sampaikan pada kami" dengan lancangnya Zalvin berkata seperti itu.

" Kak Zalvin!" Tegur Zelyn sang adik dengan mencubit pinggang kakaknya, sedangkan Zalvin menahan rasa sakit akibat cubitan sang adik.

" Apapun yang terjadi kalian harus menerima dan mencintainya" perkataan ambigu dari Abah yai barusan membuat tiga saudara kembar itu terdiam ( Zelvin, Zalvin, dan Zelyn)

" Abah yai Zelvin izin keluar" Zelvin berdiri dari duduknya.

" Zalvin juga Abah yai, ada beberapa hal yang harus Zalvin bicarakan dengan pengurus pesantren"

Dua kakak beradik itu keluar dari kamar Abah yai.

" Zelvin luka ku biar di obati Yana ya" ucap Ning Lia atau biasa di panggil umi Lia, ia adalah istri Gus Ariz.

" Tidak perlu umi" Setelah mengatakan itu Zelvin dan Zalvin pamit pergi.













***















Adeffa yang baru saja selesai mandi tengah duduk di teras depan ndalem barat dengan baskom berisi es dan sapu tangan.

" Heh!" Seseorang membuyarkan lamunannya.

Zelvin duduk di sebelah Adeffa, mereka duduk lesehan di lantai.

" Sekali lagi aku minta maaf karena meninggalkan mu di hutan itu sendirian" Zelvin meminta maaf dengan tulus pada Adeffa.

" Iya, tapi yang kamu lakukan tadi nggak sopa ke umi" Adeffa mulai mengompres luka di bibir Zelvin.

" Kenapa kamu kembali?" Peetannyaan itu membuat Adeffa menghentikan aktivitasnya mengompres bibir Zelvin.

" Sebenarnya dipaksa, sekalian aja cari pekerjaan di sini, tapi aku nggak tega ninggalin Mbah sendirian di sana" Adeffa menjawab dengan suara lirih dan pandangan mata yang menyiratkan kesedihan.

" Kamu tinggal aja di apartemen aku" Zelvin mengatakan hal itu dengan lancar.

" Ah.." Zelvin kesakitan karena Adeffa sengaja menekan luka di bibirnya.

" Gak usah ngacok!!" Adeffa berkata dengan ketus.

" Aku nggak tinggal di sana jadi apartemen nya kosong" Zelvin meluruskan kesalah pahaman itu.

" Oh..."

" Kamu ngerti nggak Abah yai tiba-tiba ngomong gini 'apapun yang terjadi kalian harus menerima dan mencintainya' " Zelvin bekum mengerti apa maksudnya.

" Kamu sama saudara-saudara kamu kayaknya bakal dijodohin deh bulan-bulan ini" jawab Adeffa yang masih fokus ngompres luka Zelvin.

" Waktu ketemu adik-adik kamu aku kayak dapet gambaran kayak gitu"

" Aku tahu pada akhirnya aku akan tetapi dijodohkan" Zelvin berkata dengan lirih.

" Jangan nerima perjodohan itu jika kamu tak mencintai gadis yang akan dijodohkan dengan mu, entah kenapa aku merasa satu kata setuju darimu akan membuat masalah " Adeffa menasehati Zelvin, lebih tepatnya memperingatkan.

" Jangan sok tahu" cibir Zelvin.

" Hais.. pelan pelan" Adeffa sengaja menekan luka Zelvin, dia sangat kesal dengan respon Zelvin barusan.

Zelvin mencekal pergelangan tangan Adeffa yang ingin menyiksanya, tak sengaja pandangan keduanya bertemu dan terkunci satu sama lain.

Zelvin mengagumi iris mata Adeffa yang hitam kecoklatan, sedangkan Adeffa sangat mengagumi iris hitam pekat dan tajam milik Zelvin..

" Zelvin!!" Teriakan itu menyadarkan keduanya.

" Bunda?" Guman Zelvin setelah melihat sumber suara.













































TBC












Tuban, 05 Juli 2021

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang