38. Senyum

1.1K 98 1
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"author kok cantik"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita White Thread. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Adeffa pov...

Sejak tadi hatiku tidak tenang. Akan ada yang terjadi hari ini.

Jam 10 pagi. Aku dan umi sedang memasak di dapur. Sedangkan Abi berada di ruang keluarga bersama Zafran.

"Adeffa. Coba ini apa sudah pas"

Aku mengambil sendok yang di sodorkan umi dan mencicipi kuahnya. "Ini sudah pas umi"

Tiba-tiba Mbak Alesya datang dengan menangis dan langsung menemui abi.

"Abi... Hiks.. hiks.." itu suar Mbak Alesya yang menangis di depan Abi. Aku dan Umi mematikan kompor dan segera menyusul keruang keluarga.

"Abi.. aa.. Abah hiks.." aku terdiam mendengar perkataan Mbak Alesya.

"Abah kenapa Alesya?" Umi bertanya.

"Umi.. Abah udang nggak ada hiks.."

"DEG!"

"Alesya jangan bercanda nduk!" Umi tentu saja tidak percaya dengan kejadian tiba-tiba ini.

Abi bangkit dan menyerahkan Zafran ke gendonganku. Setelah itu Abi pergi sedikit menjauh untuk menelfon seseorang. Umi sudah menangis sekarang.

"Umi.. ayo kita lihat Abah yai" aku mengajak umi ke ndalem Abah yai.

'Adeffa kamu gak boleh nangis' ucapku dalam hati untuk menyemangati diri ku sendiri.

Aku, umi, dan mbak Alesya pergi ke ndalem Abah yai, lebih tepatnya perpus pribadi milik Abah yai. Bertepatan dengan itu keluarga ndalem timur dan belakang juga tergesa-gesa pergi ke tujuan kami.

Sebelum masuk ke perpus aku meminta Mbak Alesya dan beberapa abdi ndalem untuk menyiapkan tempat di ruang keluarga untuk jenazah, entah apa lah itu namanya, kalau gak salah sih dipan.

Aku masuk ke dalam perpus pribadi. Semua yang ada di dalam menangis kecuali Uwak Fian, aku, dan Dek Yana. Bibik Wawa menagis sangat histeris sekarang.

Putraku Zafran sama sekali tidak terganggu dengan suara tangisaj mereka. Putraku ini malah tidur dengan nyenyak.

"Aku sudah menghubungi Mbak Nisa dan Anna. Kita makamkan Abah setelah mereka berdua sampai" ucap abi yang baru saja datang.

"Aku akan menyiapkan segala keperluan ya___"

"Tidak perlu. Abah sudah menyiapkan semua itu dari jauh-jauh hari. Kain kafan dan tempat peristirahatan terakhir beliau sudah ada. Aku sudah meminta tukang gali kubur untuk mulai menggali saat sholat Jumat selesai." Ucap Uwak Fian memotobg ucapan paman Fauzian.

Abah yai memang sudah menyiapkan. Sepertinya beliau sudah lama menunggu hari ini datang.

"Kita akan memakamkan Abah yai setelah sholat ashar. Hapus air mata kalian!! Abah tidak akan suka saat kalian mengantarnya dengan air mata!" Abi berucap dengan tegas setelah melihat umi, Bibik Wawa, paman Fauzian, dan Bibik Ara menangis.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang