28. Janji

1.2K 96 2
                                    

Normal pov...

Saat memasuki kamar Zelvin dibuat terkejut dengan keadaan Adeffa yang duduk di kasur dengan menangis sesenggukan.

Dengan panik zelvin langsung menghampiri sang istri dan memeluknya untuk menenangkan sang istri yang sedang menangis.

"Kenapa hem? Udah jangan nangis" bisik Zelvin lembut sambil mengelus surai hitam Adeffa dengan penuh sayang.

Adeffa mendongakkan wajahnya, ia menatap manik mata Zelvin dengan mata yang berkaca-kaca.

"Zelvin..." Adeffa tampak ragu mengatakan sesuatu.

"Aku... Aku... Aku takut... Hiks.. hiks..."

"Takut kenapa hem?" Suara Zelvin sangat lembut. Zelvin menghapus jejak air mata Adeffa.

"Aku takut semua orang ninggalin aku lagi hiks... Abah yai, Abi... Hiks... Mas Alif, Umi, Ali, dan kamu hiks.... Hiksss..." Tangisan Adeffa pecah kembali. Zelvin langsung membawa Adeffa kedalam pelukannya.

"Shuutt... Aku gak akan ninggaliknkamu walaupun kamu yang nyuruh, tapi kamu harus inget ini dan inget selamanya, setiap orang pasti akan pergi sesuatu saat nanti. Udah ya, jangan nangis lagi" diakhir ucapannya Zelvin mengecup lembut surai hitam Adeffa beberapa kali.

"Nanti kalau kamu nangis terus metanya bengkak" Zelvin menghapus jejak air mata Adeffa.

"Jangan takut, aku ada sama kamu... Oke.." Zelvin menatap Adeffa dengan serius. Ia mencoba membuat Adeffa percaya bahwa dia tidak akan meninggalkan Adeffa sendirian dan akan selalu bersama Adeffa apapun yang terjadi nanti.

"Janji?" Adeffa mengangkat jari kelingkingnya sambil menatap sang suami. Zelvin melihat manik mata sang istri sebentar lalu dia menautkan kelingkingnya dengan sang istri.

"Janji" Zalvin tersenyum manis pada Adeffa untuk kesekian kalinya Zelvin dan Adeffa membuat janji kelingking.

"Mandi, sholat, udah sore" Adeffa hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Zelvin.

Adeffa langsung melakukan apa yang di katakan Zelvin. Zelvin duduk di balkon sambil menunggu sang istri menyelesaikan kegiatannya.

Zelvin setelah melamun sambil merokok.
Tiba-tiba saja ada yang mengambil secara paksa puntung rokok di tangannya, ingin marah tapi itu Adeffa. Adeffa langsung membuang rokok itu entah kemana.

Setelah itu Adeffa langsung duduk dipangkuan Zelvin. Sedangkan selfie terkejut dengan tindakan tiba-tiba Adeffa.

Zelvin heran dengan tingkah Adeffa tadi nangis, marah-marah, terus cuwek, setelah itu nangis lagi dan sekarang.....

"Mas... Maaf" cicit Adeffa sambil menunduk. Adeffa duduk membelakangi Zelvin. Zelvin yang melihat itu langsung memeluk dari belakang, melingkarkan tangannya mendekap tubuh sang istri sambil meletakkan dagunya di bahu kanan Adeffa.

"Harusnya aku yang minta maaf, walau kamu maafin aku. Aku tahu kamu akan tetap mengingat semuanya.. maaf.. maaf Adeffa" suara Zein memberat dan pelukannya mengerat.

"Mas... Jangan kencang-kencang. Anak kamu engap nanti"

"Iya maaf... Kamu maafin aku kan?" Zelvin melonggarkan pelukannya dan menatap Adeffa dari samping. Jarak wajah mereka begitu dekat.

"Aku maafin, tapi aku nggak mau kurang salah satu pun dari dua hal itu" Adeffa menatap isris hitam kelam Zelvin dengan serius.

"Aku tahu... Kamu juga tahu kan perasaanku?" Zelvin menatap Adeffa dengan penuh akan cinta.

"Aku nggak tahu" jawab Adeffa dengan polos.

"Ck" decak kesal Zelvin.

"Aku nggak tahu kalau kamu nggak ngomong ke aku mas" ucap Adeffa dengan lembut.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang