26. KHAWATIR

1.2K 111 2
                                    

Normal pov...

Dua bulan berlalu

Adeffa mungkin terlihat baik-baik saja, tapi sebenarnya dia sedang mencoba menenangkan hatinya tentang masalah di masa lalu dan yang akan datang.

Keluar dari pintu dapur Adeffa melihat Ning Yana yang sedang duduk di pendopo belakang dengan pandangan mata yang kosong. 3 bulan yang lalu kedua orang tua Ning Yana meninggal kare kecelakaan dan satu bulan setelahnya dia mendapatkan kenyataan bahwa di sudah menikah dengan Gus Azril.

"Fiuwit!!" Adeffa bersiul.

"His... Kurang kerjaan Lo teh!" Ucap kesal Ning Yana.

Adeffa duduk di depan sepupunya itu.

"Udah masak belum buat suami Lo belum dek? Bentar lagi Aa' Azril balik kan dari ngaji rutinan di pondok putra?"

"Udah.. dari subuh tadi"

"Yang sabar ya dek"

"Teteh juga yang sabar"

Setelah saling menguatkan mereka berdua berpelukan sambil tersenyum.

"Pagi-pagi udah berpelukan aja kayak teletubbies"

"Kalau sirik bilang aja yang Dek Juna!" Balas Ning Yana sinis pada Gus Juna yang menegur mereka berdua, kadang dokter muda nan berbakat ini suka ngeselin.

"Sirik buat apa juga sih?" Gus Juna merotasi matanya malas.

"Anda sangat mengganggu Dokter Juna yang terhormat" dengus Adeffa.

"Bentar lagi liburan sekolah juga pondok, kalian punya rencana apa?" Tiba-tiba Gus Juna menanyakan hal itu pada dua kakak sepupunya.

"Kumpul-kumpul sama keluarga besar, kemaren Abah yai bilang kalau pingin kumpul keluarga besar." Ucap Adeffa.

"Apa lagi ldul Fitri kemaren Bik Bisa sama Bik Anna nggak bisa ke sini" Ning Yana melanjutkan perkataan Adeffa.

"Ya udah buat aja, lagian awal bulan Juli bakal ada acara milad pesantren kan, gue bantuin ngomong ke Bibik" usul Gus Juna.

"Terus sepupu kita yang ada di luar negeri gimana? Mana mungkin pulang" Balas Adeffa kesal.

"Tenang, kan ada suami Lo teh yang bisa lakuin semuanya" kata Gus Juna menunjuk Adeffa.

"Bener juga Lo dek, Zelvin kan salah satu orang terkaya dan berpengaruh di dunia" Ning Yana menyetujui perkataan Gus Juna, sedangkan Adeffa menatap jengah dua adik sepupunya.

"Terserah kalian!!" Kesal Adeffa.

"Kalian dicariin ternyata disini" itu suara kesal milik adik semata wayang Adeffa, siapa lagi kalau bukan Gus Ali.

"Kalian bawa ransel mau kemana?" Tanya Ning Yana pada 6 remaja laki-laki yang menjadi sepupunya.

"Kita mau ke puncak" jawab Gus Ali tersenyum bahagia.

"Sama siapa? Kalian nginep dimana?" Tanya Adeffa kawatir pada 6 remaja itu.

"Kita kan mau nemenin Kakek Rico sama Nenek Ratu" jawab Gus Wafi.

"Nemenin atau liburan geratis?" Adeffa memicingkan matanya menatap 6 remaja yang baru lulus SMA itu.

"Sekalian dong teh" cengir Gus Yanan adik angkat Ning Yana.

"Lagia Kakek Rico sendiri yang minta, rejeki nggak boleh ditolak teh" ucap Gus Hanan yang biasa di panggil Haikal oleh keluarga besar nya.

"Udah izin orang tua kalian?" Tanya Gus Juna menatap satu persatu 6 remaja itu.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang