7. Pasrah

1.6K 137 10
                                    

Normal pov...

Setelah isya' Keluarga Pratama pergi ke Pesantren Al-Alawi, sekarang ini 2 keluarga itu tengah berbincang di pendopo yang memisahkan ndalem Abah yai dan ndalem belakang a.k.a Ndalem Ning Wawa dan Kang Vian.

'perasaanku nggak enak, pasti ada sesuatu' batin Adeffa.

KH. Kholil keluar dari ndalem bersama Gus Fariz sang putra, kondisinya membaik setelah jatuh sakit dan harus di rawat inap di rumah sakit beberapa minggu yang lalu.

" Kedatangan kami ke sini untuk meresmikan hubungan Zelvin dengan Adeffa" Perkataan Lintang barusan bagai petir bagi Zelvin, Adeffa, dan Zein.

Adeffa menatap Zelvin yang duduk di seberangnya dengan penuh tanda tanya.

" Anda tidak salah sebut nama kan Lintang?" Umi Dila ibunda dari Adeffa itu tak percaya bahwa nama Putri satu satunya lah yang tadi disebut.

" Tentu saja Lintang putraku tidak salah sebut nama, putrimu itu sangat lah memenuhi kriteria untuk menjadi istri dan menantu di keluarga kami" Ratu sang nenek Zelvin dari sang ayah menjawab dengan tegas tanpa keraguan.

" Putri itu cantik, sopan dan santun, berprestasi, cerdas, pandai memasak, dan yanh paling penting putrimu itu kenal dekat dengan Zelvin" Aliya ibunda dari Zelvin itu sangat membanggakan Adeffa, Aliya bisa langsung menilai seseorang dalam sekali pertemuan saja.

" Nduk Adeffa, kamu setuju?" Pertanyaan itu datang dari Abah yai.

Adeffa menatap Abah yai, setelah itu berganti menatap sang Abi, lalu kakaknya, dan terakhir ia menatap sang umi yang menatapnya cemas.

Adeffa sangat terkejut dan otak cerdasnya itu sedang buntu sekarang.

Adeffa mengalihkan pandangannya pada Zelvin yang juga menatapnya, saat seperti ini kemampuan Adeffa untuk membaca pikiran hilang, sekarang Adeffa benar benar tidak bisa menebak jalan pikiran Zelvin.

" Apa Zelvin setuju dengan perjodohan ini?" Adeffa terus menatap Zelvin dengan tatapan yang sulit di baca. Tapi Zelvin tahu maksud tatapan itu.

" Tentu saja Zelvin sudah setuju" bukan Zelvin yang menjawab tapi Rico Pratama sang kakek yang menjawab.

' Zel itu bohong kan? ' Adeffa mencoba bertelepati dengan Zelvin, Zelvin mendengar suara Adeffa itu tapi ia tak berniat untuk menjawab.

" Zelvin!! Jawab pertannyaanku!!!" Bentak Adeffa yang membuat mereka terkejut.

" Iya aku menerima nya, jadi Adeffa Nadine Al-Alawi maukah kamu menikah denganku?" Adeffa semakin menatap mata Zelvin, mencari kebohongan di sana tapi tidak ada kebohongan disana.

" Mau menolak pun Abi dan Abah yai sudah memutuskan hal ini, aku bisa apa lagi" Adeffa pasrah dengan ini semua.

" Dan kedatangan kami juga untuk meresmikan hubungan Zein dan Ning Delia" dua orang yang di sebut di buat terkejut.

Bisa di lihat bahwa Ning Delia bahagia tapi ada yang mengganjal di hatinya. Sedangkan Zein sendiri hanya dia tak berani mengutarakan isi hatinya, perkataan sang ayah terus terngiang.

Zein mengalihkan pandangannya pada Adeffa dan menatap Adeffa penuh cinta, Ning Delia menyadari itu dan hal itu membuatnya ragu.

" Apa Kak Zein benar-benar menerima perjodohan ini juga?" Ning Delia menundukkan pandangannya.

" Aku ingin mendengar jawaban langsung dari Kak Zein" kata Ning Delia menatap Zein dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.

" Jika aku tidak menerima perjodohan ini aku tidak akan berada di sini sekarang" Zein mengalihkan pandangannya pada Ning Delia dan menatapnya penuh keyakinan.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang