18. Masalah

1.2K 123 0
                                    

Normal pov...

Kediaman Pratama.. pukul 17.30 WIB

Semua anggota keluarga pertama telah berkumpul di ruang tamu menunggu kedatangan kakak dan kakak ipar dari Zeina. semuanya berkumpul termasuk Abyan dan Zeina.

Azar dan Zelyn memasuki kediaman Pratama. Karena mendapat tatapan tak mengenakan dari para sesepuh keluarga Pratama (Rico, Ratu, Indra, Amalia, Dimas, Uila, Lintang, dan Aliya) Azar dan Zelyn langsung duduk.

Abyan, Alea, dan Zeina menatap Zelyn meminta penjelasan karena mereka tidak mengetahui apapun masalah apa yang sedang terjadi saat ini. Zelyn mengirimkan pesan pada ke tiganya.

Zalvin datang dengan wajah penuh kekesalan juga kemarahan, ia langsung mendudukan dirinya di samping sang istri dengan kasar.

Alea menyentuh lengan sang suami dan menatap suaminya itu.

"Kak itu..." Alea tidak melanjutkan ucapannya karena Zalvin mengisyaratkan untuk diam.

Tak lama dari itu tersangka utama datang.. siapa lagi kalau bukan Zein dan Ning Delia.

Rico berdiri dari duduknya dan berhadapan dengan sang cucu. Lintang sang ayah hanya menatap putranya itu dengan lekat. Dia tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga anak anaknya termasuk Zein, dia dan Aliya yakin kalau anak anaknya mampu menyelesaikan sendiri masalah mereka tanpa campur tangannya dan Aliya.

"Apa maksudmu Zein dengan meletakkan foto kakak ipar mu di ruang kerja mu?" Rico langsung melontarkan pertanyaan tanpa membiarkan cucu dan cucu menantu nya untuk duduk.

"Karena aku mencintainya" tanpa rasa ragu Zein Al-Fatih Pratama mengatakan hal itu.

"Dan kenapa Delia membuat keributan di depan ruangan Zelvin?" Rico mengalihkan pandangannya pada Ning Delia.

"A..aku.. aku... "

"Tidak usah di jawab Ning, kami sudah tahu jawabannya" Aliya berucap dengan menahan amarahnya saat ini.

"Zein! Jika kamu tidak mencintai Ning Delia kenapa kamu setuju untuk menikahinya?" Ratu menatap sang cucu dengan kecewa. Ia kecewa karena cucunya telah mempermainkan hati seorang wanita dalam hubungan pernikahan.

"Karena ini permintaan bunda dan ayah. Karena Kak Zelvin setuju menikahi dengan Adeffa. Karena.. pernikahan ini... Wasiat dari ibu.... Aku tidak bisa apa-apa saat itu. Jika itu permintaan dari ibu kandungku, wanita yang telah melahirkan ku, wanita yang sangat aku cintai, aku bisa apa!!!" Zein mengeluarkan isi hatinya yang sudah dia pendam selama ini.

"Sakit... Sakit... Saat melihat Adeffa bersama Kak Zelvin..." Suara Zein sangat lirih.

Zeina geram mendengar perkataan sang kembarannya. Ia berdiri dari duduknya dan menatap nyalang sang kembarannya.

"Menurut Kak Zein!! Hanya kakak yang sakit???" Zein diam tidak bisa membalas perkataan sang adik.

"Gimana perasaan aku sama Mas Abyan kalau liat Kak Zelyn sama Kak Azar? Gimana perasaan Alea liat Kak Zelvin sama Adeffa? Gimana perasaan Kak Zelvin dan Kak Azar liat Kak sama Delia? Gimana perasaan Kak Zalvin, Adeffa, dan Kak Zelyn yang nggak di cintain sama pasangannya sendiri? Gimana perasaan Delia yang udah kakak permainin? Kakak mikir nggak sih???!!!" Teriak Zeina mengeluarkan segala unek-unek nya.

"Zeina! Kakak ini kakak kamu!!" Tegur Zein dengan bentak.

"Kakak tuh harusnya sadar. Kakak siapa! Adeffa siapa! Kakak makin hari makin cinta sama Adeffa, sedangkan Kak Zelvin makin ngikis cintanya ke Delia dan mupuk cintanya buat Adeffa.. mikir kak!! Mikir!!" Zeina sendari tadi ingin melayangkan bogeman buat Zein.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang