22. Hak

1.4K 110 0
                                    

Normal pov...

Kediaman Pradana

Abyan baru saja memasuki pintu untama rumah keluarganya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikummus salam" terlihat Zeina sang istri yang berjalan menghampirinya.

Zeina langsung mencium punggung tangan sang suami dan juga mengambil alih tas kerja sang suami.

"Mandi gih, bentar lagi maghrib, aku udah siapin semuanya di kamar"

"Iya, makasih ya" Abyan menyelipak anak rambut Zeina ke belakang telinga dengan penuh kasih sayang.

"Ya udah sana, aku mau naro ini di ruang kerja kamu, abis itu lanjut siapin makan malem"

Pasutri itu memisahkan diri ke tempat tujuan masing-masing.

Zeina sekarang ini sedang melanjutkan acara memasaknya bersama Mbok Inah, beliau adalah pelayan yang sudah sangat lama melayani keluarga Pradana, mungkin sebelum mertua Zeina menikah.

Walaupun di kediaman Pradana banyak sekali pelayan mungkin 10 pelayan, 3 tukang kebun, dan 4 satpam. Para pekerja tinggal di bagian belakang rumah mewah ini, tapi ada juga yang tidak menginap.

"Mbok.. ini tinggal di taro dimeja makan ya.. Zeina mau ke atas dulu"

"Iya non"

Zeina pergi ke kamarnya sambil membawa teh untuk Abyan, tepat saat itu adzan maghrib berkumandang dan saat sampai di pintu kamar, Abyan sang suami keluar dan sudah rapi untuk pergi ke masjid.

Dati dulu Zelvin, Zalvin, Azarenka, Zein, dan Abyan akan selalu sholat berjudi masjid jika mereka memiliki kesempatan. Itu sudah kebiasaan mereka saat di pesantren Al-Alawi.

"Minum dulu mas" Abyan langsung meminum teh yang di bawa sang istri, walaupun cuman seteguk.

"Aku pergi dulu.. kamu sholat gih.." Zeina mengangguk. Ia menatap kepergian sang suami.

Walaupun Abyan itu Playboy dia itu taat beribadah dan Zeina selalu merasa beruntung telah dinikahi oleh seorang Muhammad Abyan Zildan Pradana.

Belum tentu apa yang menjadi pilihan kita baik, tapi ternyata pilihan Tuhan adalah yang terbaik.

Setelah makan malam Abyan dan Zeina memutuskan untuk bersantai di pinggir kolam renang ditemanai secangkir kopi juga teh, tak lupa pisang goreng yang di buat oleh Zeina setelah sholat maghrib.

"Gimana tadi di kantor?"

"Sama aja, kamu sendiri gimana di butik?"

"Ada pasangan yang mau buat baju gitu, selebihnya ya biasa aja"

"Besok minggu.. mau jalan? Udah lama kita gak keluar" Abyan ceritanya mau ngajakin kencan.

"Dirumah banyak kerjaan" cengir Zeina.

"Hais.. mentang-mentang udah jadi istri orang diajakin keluar nggak mau" sinis Abyan.

"Iya istri orang.. orangnya ya kamu" ledek Zeina sambil tertawa pelan, sepertinya Abyan lupa kalau dia suaminya Zeina.

"Besok kita pergi, urusan rumah serahin sama si mbok dan pembantu yang lain" Abyan berucap dengan kesal dan sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi.

"Iya iya Mas Abyanku" ledek Zeina.

"Eh.. ya tadi aku ketemu mantan mas loh" sambung Zeina.

"Mantan yang mana lagi?" Sangking banyaknya mantan Abyan sampai lupa.

"Itu loh yang terakhir, yang sebelum nikah sama aku. Dia nayak kenapa mas mutusin dia dan aku jawab aku nggak tahu"

"Harusnya kamu jawab kalau aku udah nikah, terusin dengan bangganya kamu bilang kalau kamu itu istri aku" balas Abyan sedikit kesal karena Zeina tidak menjawab yang sebenarnya.

White ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang