Bab 24

4.3K 381 15
                                    

Violetta menyugar rambutnya frustasi. Dia menatap tajam penuh emosi ke arah Matteo yang bersikap tanpa merasa bersalah sama sekali. Violetta mengerti jika Matteo mencintainya, tapi bersikap seolah dia sudah memiliki Violetta seutuhnya adalah bukan yang Violetta harapkan.

"Aku tidak mau mendebatkan persoalan yang sama." ujar Matteo, yang seolah sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Violetta.

"Kau sungguh keterlaluan! Apa maksudmu dengan berkata seperti itu di hadapan keluargaku?"

"Memang apa salahnya jika aku mencintaimu dan ingin selalu berada di sampingmu?"

"Itu konyol! Kau harus mengubah cara berpikirmu itu!" Violetta kemudian berjalan ke dalam kamar mandi, sambil membanting pintunya dengan kencang.

Lantas Matteo berdecak kesal. Lalu dia merogoh ponselnya yang sengaja dia matikan, dan saat ponsel itu menyala banyak sekali pemberitahuan yang masuk. Helaan napas pun keluar dari mulutnya, dan belum sempat dia membaca satu pesan, panggilan masuk muncul di layar. Nama Ludwig tercetak jelas di sana.

"Brengsek!"

Kata itu yang pertama kali Matteo dengar saat ia menjawab panggilan dari adiknya.

"Kau bilang apa?" tentu saja Matteo merasa kesal.

"Kau brengsek! Aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu, tapi kau benar-benar membuatku tak habis pikir."

"Lu, dengarkan penjelasanku." Matteo mulai menghela napas lagi.

"Kau yang seharusnya mendengarkanku!" ada jeda. "Orang-orang kita diserang, puluhan dari mereka mati. Alkazam dan beberapa kartel membentuk aliansi  memperkuat pertahanan untuk melawan kita."

Matteo menegang di tempatnya.

"Kurtis sudah melacak informasi, bagaimana mereka bisa setuju beraliansi."

"Andreas?"

"Lebih tepatnya Menteri Pertahanan, Patrick Sinister. Dia adalah orang yang memperkerjakan Andreas."

Matteo termenung seraya berpikir.

"Jadi, segera kemari dan urus semua kekacauan ini!"

"Lu, masalahnya..."

"Matteo! Apa yang sudah wanita itu lakukan padamu? Jika kau tidak kembali, maka akan ada banyak lagi orang yang mati." panggilan terputus.

Matteo memijit pelipisnya, dia tidak menyangka bahwa keadaan bisa menjadi lebih buruk dari apa yang dia bayangkan. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau dia harus segera pergi dari sini. Lantas, dia segera meraih jaket miliknya, kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi.

Tok tok tok..

"Vio, kau mendengarku?"

Tidak ada jawaban.

"Aku harus segera pergi, nanti aku akan segera menghubungimu." Matteo bergegas memakai jaketnya, kemudian dia melangkah pergi meninggalkan kamar.

Saat ia berjalan keluar, si kembar langsung berhambur ke arahnya. Mereka mendongak menatap Matteo dengan mata penuh harap, mereka seperti ingin bermain dengannya.

"Maaf, tapi aku harus pergi." ujarnya penuh sesal.

"Kau akan pergi?" tanya Aphrodite.

Matteo mengangguk, kemudian dia kembali melangkah.

"Jangan pergi!" teriak Violetta yang menghentikan langkahnya. Matteo lantas menoleh dan mendapati Violetta yang tubuhnya terlilit handuk dengan rambut basah penuh busa.

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang