Bab 61

2.9K 319 79
                                    

Suara pintu ditutup begitu kencang, mengejutkan orang yang berada di dalam ruangan. Derap langkah kakinya membuat suara dengan tempo seirama dengan jarum jam.

"Selamat malam sayangku," ucapnya dengan segurat senyum.

Akan tetapi sapaan sayang itu tak berbalas manis, melainkan tatapan sinis yang pria berbada tinggi besar itu dapatkan.

"Aku bilang hentikan sandiwaramu ketika kita sudah berada di dalam rumah!" cibir si wanita.

"Tapi aku tak bisa, aku mencintaimu dan anak-anak kita."

Pria itu hendak mendekat ke arah kedua anak mereka, namun wanita itu segera menghalangi langkahnya.

"Aku tak sudi tangan kotormu itu menyentuh anak-anakku Patrick!"

"Anak kita!"

Patrick memberikan penekanan pada ucapannya, lalu menyingkirkan Riley dari hadapannya. Setelah itu dia berjalan mendekati anak mereka dan mulai berinteraksi layaknya seorang ayah dan anak.

Riley menatapnya dengan kesal. Ingin rasanya dia segera mengakhiri hubungan mereka, entah bagaimanapun caranya. Riley sudah muak, tak ada lagi rasa cinta dan yang ada hanyalah kebencian yang semakin hari, semakin besar.

"Ini sudah malam, waktunya mereka untuk pergi tidur!"

Terlihat begitu jelas kekecewaan yang anak-anaknya rasakan ketika ibunya mengatakan itu. Meski hubungan Patrick dan Riley tidak berjalan baik, lain hal dengan hubungan ayah dan anak itu. Mereka tampak ingin bermain lebih lama dengan ayah mereka.

"Tapi aku masih ingin bersama ayah," jawab si bungsu yang masih berusia 5 tahun.

"Tidak bisa! Ini sudah larut dan kau harus segera tidur!"

Dibandingkan ayah mereka yang selalu bersikap lembut padanya, ibu mereka tampak begitu kejam. Tak ada lagi bantahan, sebelum ibunya benar-benar murka. Apalagi kini matanya sudah melotot tajam dengan tangan berkacak pinggang. Mereka pun mengalah, si sulung yang berusia 8 tahun dan si bungsu yang berusia 5 tahun segera beranjak dari ruangan itu, menuju kamar mereka masing-masing.

"Jangan terlalu kejam kepada mereka," ucap Patrick yang kembali melangkah mendekatinya.

"Urus saja urusanmu sendiri!"

Riley hendak berjalan pergi meninggalkannya, akan tetapi tangan besar pria itu berhasil meraih pinggangnya yang kecil dan membuatnya terkurung tak bisa berontak.

"Temani aku minum malam ini."

"Ajak saja jalangmu! Lepaskan aku!"

Patrick menyeringai, kemudian mengarahkan wajahnya ke leher Riley dan menghirup wangi tubuhnya.

"Bukankah kau juga salah satu dari mereka?"

Riley langsung dibuat terkejut dengan ucapannya.

"Hanya karena aku menikahimu, bukan berarti statusmu berbeda dengan mereka." Patrick mencium lehernya begitu dalam.

"Ingat Riley, orang tuamu yang memohon kepadaku untuk menikahimu, agar wajah mereka terselamatkan dari rasa malu."

Mata Riley mulai berkaca-kaca, dia begitu sakit hati mendengar ucapannya.

"Mereka tak peduli siapa aku, entah aku ini Patrick atau bukan."

Tangan Riley langsung mengepal begitu kuat, dia menahan dirinya untuk tidak melepaskan semua amarahnya. Patrick pun mulai menjauhkan tubuhnya, lalu tersenyum menghadapnya.

"Jadi bersiaplah Riley, setelah ini aku akan membawamu pada tahta yang paling tinggi, di mana tak ada seorangpun yang berani mengusik kehidupan kita."

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang