Bab 38

3.5K 352 62
                                    

Matteo berjalan menghampiri Violetta, dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya. Dia mengerti betapa bodohnya dia yang tak bisa menahan diri karena amarahnya. Dan kini, untuk pertama kalinya dia menyaksikan Violetta yang dia anggap sebagai wanita tangguh itu menangis begitu ringkih, kesakitan.

"Vio, aku minta maaf.."

Hanya untuk mengeluarkan sebaris kalimat itu saja, rasanya begitu menyesakkan dadanya. Matteo merasa dirinya tidak pantas untuk dimaafkan.

"Anakku, Elias, Isaak.." Sambil terus terisak, Violetta menahan rasa sakit yang teramat dalam. Luka yang dia simpan, perasaan bersalah yang dia kubur, meski dia sudah tahu akan seperti ini, akan tetapi ternyata dugaannya salah.

Matteo pria yang dia kira sama seperti pria lainnya, yang menyukainya namun tak punya kesan berarti di hatinya, ternyata berbeda. Karena ketika Matteo mengatakan kalimat penghakimannya, rupanya rasa sakit itu jauh lebih sakit dari yang dia kira dan rasa bersalah itu malah semakin kuat.

Matteo lantas berlutut di hadapannya. Dia tampak begitu kalut. "Violetta, aku minta maaf." Suaranya terdengar gemetar.

Violetta seolah tuli, dia terus menangis tanpa memedulikan Matteo. Bahkan ketika ingatan-ingatan dari masa lalu itu muncul kembali, tangisnya semakin histeris. Terutama saat dia mengingat bagaimana bayi kecilnya itu Elias masukkan ke dalam peti mati.

Melihat Violetta yang tidak bisa mengendalikan dirinya, Matteo mencoba membawanya ke dalam pelukan. Menahannya untuk tidak berontak, berharap dia bisa kembali tenang. Dan ketika dia melakukannya, tanpa sadar tangisnya pun ikut pecah. Matteo menangis karena rasa bersalah.

Namun pelukan itu membuahkan hasil, Violetta mulai kembali tenang dan perlahan tangisannya terhenti.

"Lepaskan aku!" Ucapannya terdengar dingin.

Lantas Matteo melepaskannya, seraya memperhatikan Violetta yang menatap kosong ke depan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?"

Violetta tidak menjawab, dia kemudian bangkit berdiri dan hendak berjalan pergi. Namun, Matteo segera meraih tangannya, dia menahannya.

"Vio, tolong maafkan aku."

Violetta berusaha menahan diri, meski air mata itu terus terjun bebas tanpa bisa dia kendalikan. "Lepaskan tanganmu!"

Matteo menggelengkan kepalanya, lalu dia merangkak ke hadapan Violetta dan berulutut di hadapannya.

"Aku salah, Vio. Tidak seharusnya aku mengatakan itu."

"Tidak, kau benar. Aku memang seorang pembunuh." Air matanya lantas terjatuh, tepat mendarat di tangan Matteo.

Matteo menatap air mata itu, lalu kembali menatap Violetta yang sedang melihat ke arahnya, sambil susah payah menahan diri agar tidak kembali menangis histeris.

"Aku membunuh anakku dengan Elias karena egois. Aku membunuhnya karena aku takut Isaak menyadari bahwa selama ini anak yang dia kira anaknya ternyata anak Elias, dan kemudian dia akan pergi meninggalkanku." ucapnya terisak.

Matteo terdiam, tapi cerita itu terdengar begitu familiar baginya.

"Lalu aku membohongi Elias, aku katakan padanya bahwa anak itu adalah anak dari Isaak karena aku tidak mau Elias terus menahanku bersamanya. Tapi saat anak itu lahir, dia malah terlahir begitu mirip dengan Elias." lanjutnya sambil tersenyum simpul.

"Violetta, aku.."

"Anak itu terlahir prematur, dan ada kelainan di organ dalamnya. Dokter mengatakan semua itu akibat kebiasaan burukku yang selama kehamilan masih merokok dan minum alkohol."

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang