Bab 72

3.1K 372 127
                                    

Tok Tok Tok..

Violetta pun mencebik, menghela napas gusar menyesali apa yang dia lakukan. Lantas dia segera bangkit, lalu membuka pintu kamar mandinya. Dan rupanya, yang mengetuk pintu adalah Jerry. Dia masih selamat.

"Di mana Matteo?"

"Aku di sini!" teriaknya dari arah sofa.

Violetta meringis, namun itu mengundang tawa dari Jerry. Violetta pun melotot padanya, dan Jerry hanya menaikkan sebelah alisnya. Kemudian Violetta pun melangkah pelan berjalan menghampiri Matteo.

Ketika dia berdiri tepat di belakang Matteo, di depannya--Collin hanya bisa menyeringai menahan tawa melihat Violetta. Padahal, semua itu terjadi karena ulahnya yang memancing tawa Violetta.

"Duduk!" titah Matteo dengan tegas.

Ludwig pun bangkit, memberikan lahan tempatnya duduk untuk Violetta. Hal yang sebenarnya tak perlu Ludwig lakukan, karena sebenarnya Violetta tak ingin duduk berdekatan dengan Matteo.

Namun bagi Ludwig dan Collin, ini akan menjadi tontonan yang seru. Kapan lagi mereka bisa menyaksikan perdebatan antara dua orang manusia yang memiliki karakter yang sama percisnya?

"Mat, aku minta maaf," ucap Violetta sembari mendaratkan bokongnya di sofa.

Matteo menghembuskan asap rokoknya mengepul ke atas, lalu setelah itu dia menoleh ke arah Violetta dengan tatapan tajamnya.

"Apa posisiku saat berdiri di sana begitu konyol?" tanyanya kesal.

"Sebenarnya, itu--"

"Ah sudahlah! Kau memang tak pernah menghargaiku. Menghargai perasaanku, lalu pekerjaanku."

"Astaga! Bukan begitu sayaaaang." Violetta duduk bergeser, mempersempit jarak.

"Tidak! Rayuanmu tak akan mempan kali ini!" cegah Matteo yang perlahan mendorong bahu Violetta agar menjauh darinya.

Collin dan Ludwig lantas meringis, pertengkaran macam apa barusan? Ini di luar ekspetasi mereka.

"Kau tahu? Karenamu aku yakin semua anak buahku akan mulai meremehkanku!"

"Ey, itu sedikit berlebihan. Meskipun kau terlihat konyol, tapi itu tak akan menghilangkan citra biadab dari seorang Matteo."

"Apa kau bilang? Konyol? Biadab?!" intonasinya mulai meninggi.

Violetta tercekat. Apa dia salah lagi?

Matteo menggelengkan kepalanya, lantas kembali menghisap rokoknya. Terkadang Matteo ingin memasangkan saringan di mulut kekasihnya itu.

"Kau beruntung karena kekasihku. Jangan bayangkan apa yang akan terjadi jika kau adalah orang lain."

Matteo mematikan rokoknya di asbak, lalu ia bangkit berdiri.

"Itu terdengar seperti ancaman," timpal Vioetta.

"Bukan, itu peringatan!" balas Matteo, kemudian ia menatap ke arah Collin dan Ludwig, memberi kode dengan lirikan matanya untuk pergi ke ruangan lain.

"Sekarang kau akan mengabaikanku?" tanya Violetta yang tak terima karena sikap cuek Matteo padanya.

"Apa aku harus mengajakmu? Bagaimana jika nanti kau menertawakanku lagi?"

"Ck! Dasar pendendam!"

"Nona, aku sedang bermurah hati padamu!" tunjuk Matteo ke arahnya.

"Ya baiklah, terserah!" jawabnya dengan intonasi mengejek.

Matteo menggertakkan giginya, menahan amarahnya. Lantas, dia mengabaikan perasaannya, lalu pergi bersama Collin dan Ludwig melangkah ke ruangan lain.

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang