Bab 57

2.5K 313 41
                                    

Violetta langsung menepis tangan Matteo ketika mereka sudah masuk ke dalam ruangan milik Matteo. Wajahnya bersungut marah dengan mata merah berkaca-kaca.

"Sejak kapan kau tahu bahwa ternyata Isaak belum mati?!"

Matteo hanya menghela napas dalam karena dugaannya benar, Violetta akan mengamuk padanya.

"Jawab!"

"Sejak awal, atau lebih tepatnya sebelum kita pergi ke London aku sudah tahu."

"Apa?!"

Violetta tak habis pikir, jika kenyataannya memang seperti itu artinya sudah sejak sedari awal Matteo mempermainkannya.

"Brengsek! Dan kau tak mengatakan apapun padaku? Padahal ada saat di mana aku terpuruk karena merasa bersalah atas kematiannya, lalu apa? Kau diam-diam menertawakan kebodohanku?!" bentaknya, dan air matanya terjatuh.

Violetta hendak melangkah pergi meninggalkan ruangan itu, namun langkahnya terhenti ketika ia teringat dengan kiriman bunga lily putih yang selama sebulan penuh terus datang ke kantornya.

"Dan bunga itu, kau bahkan diam saja saat aku mengatakannya padamu. Sebenarnya apa tujuanmu?!"

"Menurutmu apa? Bukankah semuanya sudah jelas, tujuanku hanya satu."

"Ya, aku mengerti. Sejak awal tujuanmu adalah mendapatkanku, dan apapun caranya akan kau lakukan. Dasar licik!"

Violetta berniat pergi, namun Matteo menarik lengannya dan menahannya di sana.

"Lalu sekarang kau mau ke mana? Pergi menemui selingkuhanmu itu?"

"Lepaskan tanganmu!"

Matteo menyeringai, bukannya melepaskan Violetta dia malah semakin mempersempit jarak di antara mereka berdua.

"Berpikirlah sebelum bertindak, aku tak mau kau menyesal Vio."

"Penyesalan terbesarku adalah percaya padamu."

Seringai di wajah Matteo langsung menghilang, perlahan dia melepaskan tangan Violetta dan melangkah mundur memberi jarak.

"Baiklah, pergi dan temui dia sekarang."

Violetta menatapnya dengan tajam, hatinya sedang benar-benar hancur sekarang, tapi beginilah Matteo memperlakukannya. Tidak ada permintaan maaf, dan malah bersikap arogan seperti tak punya salah.

"Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?"

Matteo menggelengkan kepalanya, dia mendengus kesal dan berjalan ke arah mejanya. Dia berdiri di balik meja, menopang tubunya dengan kedua tangannya di meja.

"Silakan pergi, selesaikan urusanmu dengan Isaak."

Violetta mengepalkan tangannya. Kekasihnya benar-benar brengsek!

"Kau tahu Mat, mungkin setelah aku keluar dari pintu itu hubungan kita tak akan baik-baik saja."

"Aku tahu, bahkan aku sudah memperhitungkannya ketika memilih bungkam soal kematian palsu Isaak."

Violetta lantas tertawa, meski matanya terus berderai air mata.

"Jadi ini yang kau bahas dengan Elias ketika di London?"

Matteo diam tidak menjawab.

Violetta menyugar rambutnya frustrasi, dia memegangi kepalanya dan berpikir cukup keras, sampai akhirnya dia sampai pada kesimpulan.

"Apa yang kau maksud dengan sekutu Patrick adalah Isaak? Jika benar, maka masuk akal mengapa dia menjadikanku umpan. Pantas saja Dad dan Elias begitu panik ketika aku membahas soal Patrick, juga soal kejadian penembakkan kemarin. Rupanya kalian bertiga merahasiakan ini dariku."

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang