Bab 59

2.9K 326 81
                                    

Matteo menyambut tangan Violetta, lalu menggandengnya masuk ke dalam pesawat jet pribadi miliknya. Jika dalam beberapa scene film situasi ini akan cukup mendebarkan perasaan si tokoh utama wanita, lain hal dengan pasangan nyeleneh yang satu ini. Violetta langsung menepis tangan Matteo ketika dia sudah duduk di kursinya, dan ketika Matteo akan duduk di kursi sampingnya, dia segera meletakkan tas miliknya di sana.

"Ini bukan pesawat jet kelas 1, dan tidak jauh lebih bagus dari pesawat yang diproduksi perusahaan Bolshoy," ucapnya tanpa beban, seolah sedang mengejek si pemilik pesawat alias kekasihnya.

Matteo menggertakkan giginya, rahangnya mengencang, kemudian duduk dengan canggung di kursi bagian depan tanpa mengucapkan sepatah kata. Akan tetapi berbeda dengan batinnya yang tengah menggerutu, merutuki kekasihnya itu. Dia hanya berharap bahwa para awak kabin tak ada yang mendengar kalimat pedas yang mencoreng harga dirinya sebagai CEO Faragos Kingdom.

"Mat, kau akan mengacuhkanku sepanjang perjalanan?" tanya Violetta seraya menendang kursi yang diduduki oleh Matteo.

Matteo menghela napas jengah, dia memasang sabuk pengamannya dan tak menghiraukan Violetta ketika pesawat sudah mulai take off. Setelah pesawat terbang dengan selamat, barulah Matteo memijit tombol di kursinya dan membuat kursi itu memutar menghadap Violetta.

Ketika mereka sudah duduk saling berhadapan, tatapan tajam yang Matteo dapatkan dari Violetta. Wanita itu yang hendak memainkan ponselnya, lantas urung dan menaruhnya kembali ke dalam tas.

"Apa kau sadar bahwa hubungan kita tidak seperti kebanyakan pasangan lain?" tanya Violetta yang cukup kesal.

"Untuk apa kau bertanya lagi? Bukankah semuanya sudah sangat jelas?!" Matteo memberi penekanan dalam perkataannya.

"Terkadang aku bingung, kenapa aku bisa mencintaimu padahal banyak sekali alasan untuk membuatku membencimu?"

Matteo lantas menertawakan perkataan Violetta yang terdengar begitu arogan.

"Jadi hanya ini yang bisa kau katakan setelah bertemu dengan selingkuhanmu yang tak jadi mati itu?"

Violetta mendengus. "Sebenarnya ada banyak hal, namun semua tergantung bagaimana sikapmu padaku. Dasar pria brengsek tak tahu sopan santun!"

Matteo memajukan tubuhnya ke arah Violetta, dia melirik paha mulus kekasihnya itu, lalu mengelusnya perlahan.

"Ayahku tak pernah mengajariku sopan santun, tapi satu hal yang pasti bahwa aku tahu bagaimana seharusnya bersikap kepada siapapun yang memiliki urusan denganku."

"Jauhkan tanganmu dariku!" Violetta menepis tangannya.

Matteo lalu mengangkat tangannya, dia menyeringai lantas melipat tangannya itu di dada.

"Kau lebih menyukai tangan selingkuhanmu sayang? Baiklah."

"Yak! Jaga mulutmu! Kau anggap aku ini wanita murahan?!" teriaknya.

"Aku tidak mengatakan apapun!" balas Matteo yang amarahnya mulai terpancing.

Dug!

Ujung sepatu hak Violetta yang runcing mendarat tepat di tulang kering sebelah kiri kaki Matteo. Dia menahan rasa sakitnya dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Hanya orang bodoh yang menjadikan kekasihnya umpan untuk tujuannya sendiri! Jika aku tak pikir panjang, mungkin aku sudah pergi bersama Isaak dan tak akan kembali lagi padamu, kau sadar itu Mafia brengsek?!"

"Hanya itu satu-satunya cara untuk membuat celah di antara Isaak dan Patrick. Lagi pula aku sudah menduga bahwa kau bisa membaca situasinya, kau cukup pintar Violetta."

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang