Bab 41

3.9K 407 81
                                    

Sepanjang jalan, Violetta tidak berhenti meracau. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya benar-benar tak masuk akal. Matteo semakin yakin bahwa jauh di dalam alam bawah sadar Violetta, wanita itu cukup kekanakan; tidak seperti Violetta yang begitu dewasa, elegan seperti apa yang dia lihat selama ini.

"Kenapa aku tidak terlahir sebagai putri duyung saja?"

"Tidak cocok dengan perangaimu Vio, kau lebih cocok mengambil peran antagonis dalam sebuah dongeng." timpalnya tanpa pikir panjang.

"Itu tidak adil! Dalam sebuah dongeng, seorang putri selalu digambarkan dengan sosok yang cantik. Dan aku sangat cantik."

Matteo tertawa geli, dia seperti sedang berbicara dengan anak kecil.

"Putri duyung bisa menghasilkan mutiara dari air matanya. Jika aku menjadi putri duyung, lantas aku tak perlu susah payah bekerja, karena kehidupanku yang cukup menyedihkan ini sudah bisa membuatku kaya raya."

Seketika itu Matteo terdiam. Dia bisa mengerti kesedihan yang Violetta rasakan. Andai saja Matteo bisa lebih cepat untuk menyadari semuanya, mungkin dia tidak akan mengambil langkah yang gegabah.

"Jadi, kau sering menangis?"

"Tidak bisa dibilang sering, karena aku akan menangis ketika keadaanku sedang tidak baik-baik saja. Tapi akhir-akhir ini situasinya cukup menyulitkan, bahkan untuk sekedar duduk dengan tenang pun aku tak bisa."

Tatapannya terlihat lesu memperhatikan keadaan lalu lintas di hadapannya. Namun Matteo bisa menebak, jika ingatannya sedang kembali jauh ke belakang. Lantas, dia mencoba menggenggam tangannya untuk menenangkan, namun belum apa-apa Violetta sudah menarik tangannya, melipatnya di dada.

"Jika aku seorang putri duyung, kira-kira sudah sebanyak apa mutiara yang aku miliki?"

"Cukup banyak?"

"Tentu saja, aku bahkan bisa membeli kapal pesiar yang lebih bagus dari milikmu Kapten!" ujarnya sambil terkekeh geli.

"Astaga, yang benar saja!" Matteo menyugar rambutnya, sembari menahan tawa.

"Kau meragukanku? Aku bisa membuktikannya!"

Matteo tertawa kencang.

Violetta tidak terima diremehkan, dia pun langsung mendalami perasaan sedihnya yang dia simpan. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca, dia pun mulai terisak dan membuat Matteo menoleh ke arahnya.

"Violetta? Kau?" tanyanya tergagap.

Matteo benar-benar tak habis pikir ketika Violetta mulai terisak, bahkan dia mulai menangis. Tapi tangisan itu tak lantas membuat Matteo iba, Matteo malah susah payah menahan diri untuk tidak menepikan mobilnya karena terlalu gemas melihat tingkah Violetta yang tengah menadahi air mata yang jatuh ke telapak tangannya.

"Hentikan! Kau bukan putri duyung!"

Violetta bukannya berhenti, dia malah menangis histeris. Benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa dia bertingkah seperti itu?

"Vio, aku akan memberimu banyak uang untuk membeli kapal pesiar. Jadi berhenti menangis sekarang juga, atau kau akan menyesal besok!"

"Bagaimana ini?" ujarnya terisak.

"Bagaimana apanya?"

"Air matanya sudah tidak mau keluar lagi? Aku kekeringan."

Matteo langsung meledak kembali dalam tawanya. Kalimat 'aku kekeringan' itu sangat aneh diucapkannya.

"Ya, benar! Sekarang kau berubah menjadi gurun pasir!" ejeknya.

Violetta kembali histeris, namun air matanya memang sudah tidak keluar lagi. Sehingga dia susah payah membuka dan menutup matanya, bahkan memijitnya dari segala sudut agar air matanya kembali keluar.

When Villainess Falls In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang