❥02. Still With You

2.5K 334 98
                                    

Setetes air hujan perlahan turun ke permukaan bumi. Dalam hitungan detik, tetesan-tetesan air lainnya juga ikut meluncur. Bertetesan ke genting sekolah, turun ke bawah, mengenai tangan Wonwoo.

Gadis bermata rubah itu terduduk di kursi rodanya, dengan kedua tangan yang terjulur ke arah depan. Sudut bibirnya naik ke atas, merasakan aliran hujan yang mengenai tangannya.

"Cantik," gumam Mingyu. Pemuda tinggi yang saat ini sedang mengintip Wonwoo, dibalik tembok. Dia tak berani mendekati gadis itu. Karena Wonwoo tak suka didekati orang asing.
Orang asing? Ya, Wonwoo menganggap Mingyu orang asing. Sementara Mingyu? Dia menganggap Wonwoo malaikat hidupnya.

Alis Mingyu tiba-tiba berkerut, saat Wonwoo tampak kedinginan. Kedua tangannya yang basah dia satukan, kemudian bibirnya meniupinya. Hawa depan kelas 11-IPA2 itu, mendadak dingin. Angin dinginnya bahkan menusuk tulang Mingyu.

"Pinjemin jaket jangan?" monolog Mingyu pada dirinya sendiri. Ceritanya, Mingyu ingin menjadi sosok pemuda gentle, yang meminjamkan jaket pada gadisnya. Dia kemudian melepas jaket yang sedang dia pakai. Mingyu berniat memberikannya pada Wonwoo.

Baru saja, Mingyu berjalan beberapa langkah. Suara makhluk bermata sipit, menghentikan langkahnya.

"Won, lo belum pulang juga?" tanya Soonyoung.

Tanpa meminta izin, pemuda bermata sipit itu langsung melepaskan jaketnya. Dia memasangkannya pada Wonwoo.

"Udah tau, nanya lagi," cibir Wonwoo. Wajahnya mungkin menatap Soonyoung tak bersahabat. Namun, aslinya dia senang dengan kedatangan sahabat sekaligus tetangganya ini.

Soonyoung menatap butiran-butiran air yang menetes dari genting. Dia kemudian menerka," Supir lo pasti lagi tidur, hujan gini ... mendingan nyelam di alam mimpi, dibanding jemput lo pulang."

"Kayaknya sih gitu," ujar Wonwoo tak peduli. Entah kenapa, dia senang ada di sini. Memandangi air hujan turun, yang seolah tengah menemani Wonwoo.

"Nyoung," panggil Wonwoo.

"Hng?" sahut Sooyoung, tatapan matanya kemudian tertuju pada Wonwoo.

"Gue pengen jadi air ini."

Satu alis Mingyu terangkat, mendengar ucapan Wonwoo.

"Kenapa? Supaya gue gak bisa hidup tanpa lo?" canda Soonyoung.

Wonwoo memukul pinggang Soonyoung pelan. "Bukanlah!"

Soonyoung terkekeh. Dia kemudian berjongkok, memasang kupingnya baik-baik untuk Wonwoo.

"Gue pengen jadi air yang selalu berguna buat semuanya. Air yang selalu dibutuhin buat minum, masak, mandi. Air yang bahkan rela, ngorbanin dirinya buat kehidupan orang lain. Jatuh dari awan ke bumi, terus naik lagi ke atas," jelas Wonwoo.

Soonyoung beranjak dari duduknya. Dia kemudian menjulurkan tangannya, ke aliran air yang jatuh dari genting. "Bukannya, sekarang idup lo udah jadi kayak air."

Sudut bibir Wonwoo melengkung ke bawah. Tangannya meremas jaket Soonyoung yang dia pakai. "Air? Kalo iya idup gue kayak air. Mungkin ... Air selokan? gak berguna dan gak berarti. Dibuang bukan untuk digunain."

Wonwoo tertawa hambar, kedua sudut matanya tiba-tiba berair. "Orang egois yang ngelakuin segala cara, buat dapetin apa yang dia mau, gak pantes dapet julukan itu," sambung Wonwoo.

Mingyu tak mengerti arah pembicaraan Wonwoo. Egois? Apa yang Wonwoo maksud. Setahu Mingyu, Wonwoo adalah malaikat baik hati yang senang membantu orang lain.

Merasakan perasaan Wonwoo, Soonyoung merasa iba. Tangannya kemudian menjipratkan air hujan ke arah Wonwoo.

"SOONYOUNG!" geram Wonwoo. Wajahnya terkena tetesan air. Tidak terlalu basah, tapi Wonwoo marah pada Soonyoung yang menjiprat tiba-tiba.

🌼CHAN COMBLANG |Svt Gs|[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang