❥04. Adore U

2.1K 300 152
                                    

Seungkwan berlari melewati gerbang sekolah, kemudian berhenti di sisi jalan. Tangannya memegangi ponsel gelisah, berharap ojek online yang dia pesan akan segera datang.

"Lama banget sih!" gerutu Seungkwan.

Bibir bawahnya dia gigit. Matanya terus dia edarkan ke arah jalanan. Kakinya bahkan sedikit terhentak, kesal. Ayolah, Seungkwan terburu-buru sekarang.

Ting!

Sebuah pesan masuk, kepala Seungkwan menunduk membaca pesan itu.

"What?! Dibatalin?!" mata Seungkwan melotot sempurna. Dia saat ini harus cepat-cepat pergi, dan ojek yang dia pesan malah membatalkan pesanannya? Wah, Ini hari kesialan Seungkwan.

"Kenapa dibatalin segala? Kang Ojolnya kebelet pipis?!" tanya Seungkwan semakin kesal. Dia mengacak-ngacak rambut, dan menghentakan kaki beberapa kali.

Jantung Seungkwan berdegup panik, tangan yang memegang ponsel itu bahkan gemetar. Seungkwan tak tahu, bagaimana cara supaya dia bisa cepat pergi ke rumah sakit. Tiba-tiba kaki Seungkwan terasa lemas, dia berjongkok sembari menundukan wajahnya ke bawah.

"Hiks ... maaf," gumam Seungkwan. Air mata perlahan menetes dari matanya, menuju tanah di hadapannya. Seungkwan menyembunyikan tangisannya dibalik poni.

Entah datang dari mana, pahlawan kesorean Seungkwan datang.

"Butuh tumpangan gratis Nona Boo?"

Seungkwan awalnya senang, malaikat penolong tiba-tiba menghampirinya. Dia buru-buru menghapus air mata dengan kedua tangannya. Setelah dirasa sudah tak ada, Seungkwan kemudian mendongak.

"Iy---"

Ah, sudut bibir Seungkwan turun ke bawah lagi.

"Nggak," tolaknya. Seungkwan kembali menundukkan wajahnya sedih.

Itu sebenarnya Vernon, dia menaiki motor merahnya menunggu Seungkwan membalas tawarannya. Vernon tampak dia sebentar. Dia melepas helmnya, membuat beberapa helaian rambutnya terbebas indah.

"Seungkwan," panggil Vernon.

Seungkwan tak menjawab. Dia mencoba memesan ojek online lagi. Mungkin tawaran Vernon itu menggiurkan, tapi dia terlalu gengsi untuk menerimanya. Bodoh? Ya katakan saja dia bodoh.

Jari jemari Seungkwan tergesa-gesa mengotak-atik ponselnya. Melihat hal itu, Vernon tersenyum tipis. Wajah cemberut Seungkwan menarik perhatiannya.

"Kwan," panggil Vernon lagi.

Telinga Seungkwan dia tulikan. Matanya melihat ponsel fokus, malas melirik ke arah Vernon.

"Boo." Merasa diabaikan, Vernon akhirnya menepihkan motornya ke samping. Dia turun, ikut berjongkok di sisi Seungkwan.

"Sayang," bisik Vernon tepat di kuping Seungkwan.

Seungwan bergidik ngeri, lalu melirik ke samping, mata tajamnya menusuk ke arah mata hazel milik Vernon. "Gue gak mau!"

Alis Vernon terangkat,"Siapa juga yang mau nawarin lo lagi."

Seungkwan memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia memindahkan tubuhnya, menjauh dari Vernon. "Tadi nawarin."

Vernon tersenyum lagi, dia berucap,"Tawaran gue itu cuman berlaku satu kali. Gue manggil lo barusan ... cuman mau ngasih ini." tangan Vernon terulur, memberikan sapu tangan.

"Bekas air mata lo, ngalir kayak air terjun."

Seungkwan langsung memeriksa wajahnya. Dia menatap kamera ponselnya serius, benar saja di pipinya terdapat aliran sungai mengalir. Gadis itu menolak sapu tangan Vernon. Dia lebih memilih mengelap bekas air mata itu dengan tisu yang ada di tasnya.

🌼CHAN COMBLANG |Svt Gs|[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang