❥37. My Treasure (1)

1.4K 218 91
                                    

Tangisan, jeritan, umpatan, semua suara sumbang keputusasaan terngiang-ngiang di telinga Seungcheol. Mata pemuda itu membulat sempurna, melihat Jeonghan mengamuk dengan air mata yang membanjiri pipi hingga dagu. Seungcheol tak pernah tahu, jika Jeonghan bisa sefrustrasi ini. Jujur, ini pertama kalinya Seungcheol melihat Jeonghan menangis.

Adik Jeonghan mengalami kecelakaan, satu musibah yang berhasil memporak-porakkan hati Jeonghan. Jeonghan menangis kencang, merutuki dirinya sendiri karena mengizinkan Sang adik membawa motor, padahal kondisinya sedang tak sehat. Jaehyuk bahkan masih dibawah umur, untuk membawa kendaraan roda dua itu. Terlebih lagi, tubuh Jaehyuk itu mudah sakit, daya tahan tubuhnya rendah.

"ARGHH!!!!!! Maappin kakak! Kakak gak bisa jagain lo selama 24 jam! Maaf! Maaf! hiks ... hiks ... hiks ...."

"Gue emang gak pantes jadi malaikat penjaga lo! hiks ... hiks ... hiks ...!" Tangan Jeonghan merambat ke atas kepala. Dia mengacak-acak rambut frustrasi, tak lupa menjambak dan memukuli kepalanya sendiri.

"Gue gak pantess!"

Seungcheol meraih tubuh rapuh Jeonghan, dia memeluk erat tubuh gadis itu. Berharap Jeonghan berhenti menyalahkan dan menyakiti dirinya sendiri. Namun, Jeonghan tak mau berhenti, dia masih kesal dan memukul-mukul kepala. Itu membuat Seungcheol jengah, dia bersusah payah menahan kedua tangan Jeonghan.

"Lo gak salah! Berhenti nyalahin diri sendiri! Lo pikir, kalo lo mukulin diri sendiri, adek lo bakal sembuh?! Nggak Jeonghan!" peringat Seungcheol, sembari menaruh kedua tangannya di bahu Jeonghan.

Hati Seungcheol meringis, melihat mata meraih berair milik Jeonghan. Seharusnya dia bahagia, melihat Jeonghan menderita dan menangis seperti ini. Karena salah satu impian Seungcheol saat Tk dulu, adalah membuat Jeonghan menangis. Tapi sekarang? Dia tak tega melihat mata indah Jeonghan mengeluarkan air mata terus menerus.

Pelan-pelan Seungcheol mengusap air mata Jeonghan; dengan kedua ibu jarinya. Dia berpesan,"Kita serahin semuanya sama dokter oke? Yang lo bisa lakuin sekarang, cuman berdoa."

Kepala Jeonghan mengangguk seperti anjing penurut. Dia ikut menghapus air matanya,"Gue Kakaknya Yoon Jaehyuk, anak sulung keluarga Yoon! Yoon Jeonghan gak boleh nangis, gak boleh ... hik ... hik ...."

Percuma, Jeonghan tetap mengeluarkan air mata. Topeng gadis kuat dan jail itu terlepas dengan sendirinya. Kini, yang berdiri tepat di hadapan Seungcheol hanyalah gadis lemah. Gadis yang menangis, jika hatinya terluka. "Nangis aja, lo gak harus pura-pura kuat terus Jeonghan. Nangis itu wajar kok," pinta Seungcheol. Kedua tangannya kembali menarik Jeonghan pada pelukannya. Dia berbesar hati, meminjamkan dada bidangnya untuk menangis.

"Hiks ... hiks ... hiks ..."

Seungcheol bisa merasakan tubuh Jeonghan bergetar takut. Dia lalu membawa Jeonghan untuk duduk dikursi; tanpa melepas pelukannya. Semua kalimat penenangan dibisiki Seungcheol pada kuping Jeonghan. Jari jemari Seungcheol mengusap lembut surai Jeonghan, memberikan sedikit ketenangan hati yang dia punya.

"Keluarin semua rasa sedih lo. Tapi besok, jangan nangis lagi. Gue gak suka liat lo nangis."

Jeonghan memeluk tubuh Seungcheol erat, air matanya menghujani permukaan bidang dada Seungcheol. Dia tak peduli, jika baju sang pacar basah, terkena air matanya. Yang dia inginkan sekarang, hanya mencari ketenangan. Untuk menyembunyikan wajah jeleknya saat menangis.

Tepukan pelan di punggung, dan usapan lembut di kepala, membuat Jeonghan tenang sedikit demi sedikit. Jeonghan akui, jika dada empuk Seungcheol memang pilihan terbaik untuk menenangkan diri. Dia suka saat Seungcheol menyentuh rambutnya lembut. Jeonghan juga suka, saat Seungcheol mengecup puncuk kepalanya pelan. Memberi sedikit dukungan dari sana.

🌼CHAN COMBLANG |Svt Gs|[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang