15

6.4K 724 9
                                    

[Don't Forget to Vote and Comment]

•satuvoteberhargabagipenulis•

I always thank people who have taken the time to press the vote button... always healthy y'all😊😉

Selamat membaca 📖

Anatha membelalakkan matanya, jantungnya berdebar, hatinya sakit saat melihat mata Ananta yang menyorot kesedihan yang luar biasa.

"L-lo serius?!" tanya Anatha tergagap.

Ananta mengusap air matanya.

"Gue gak bakal mau bercanda soal kematian seseorang, terlebih orang yang gue cinta!"

"Maksud lo—"

"Iya! Dia Ara, dia orang yang gue cinta semenjak MPLS dulu waktu kelas 10, gue mendem perasaan itu udah 2 tahun! Gue mau nembak Ara tapi gajadi karna gue lihat lo benci banget sama Ara, saat lo dan Ara udah baikan gue ada rencana mau nembak dia nanti di taman, ta-tapi... Hiks."

Ananta terjatuh bersimpuh di lantai yang dilapisi karpet di kamar Anatha, melihat kembarannya seperti itu membuat Anatha merasakan sakit yang sama, padahal ia bukan kembaran asli Ananta namun entah mengapa ia merasakan rasa sakit Ananta.

"Hiks... Araaaa!" Ananta semakin menangis membuat Anatha semakin merasa bersalah, padahal ia tidak melakukan apapun pada Ara, dan tentu saja yang melayangkan tatapan benci pada Ara itu adalah Nasya bukan dirinya.

Dan Anatha sangat merasa kehilangan karna, menurutnya Ara adalah orang baik dan tulus, terlihat dari caranya mengajak bicara padanya kemarin.

Sayang sekali, Anatha hanya diizinkan bertemu dan berteman sekali dengan Ara, padahal Anatha berharap Ara akan menjadi teman baiknya sampai nanti di masa depan.

Anatha mengusap punggung Ananta. Namun kemudian Anatha menyadari sesuatu.

Anatha pun terduduk dan menatap kosong kedepan.

"Gue minta maaf, ini semua salah gue hiks." Walaupun dirinya tidak salah, namun ia harus minta maaf, karna bagaimanapun juga mereka mengetahuinya dirinya itu Nasya bukan Anatha si jiwa asing yang memasuki raga Nasya dan akan menjadi pemilik raga Nasya selamanya.

Anatha menenggelamkan kepalanya kedalam lipatan tangannya yang ia buat dengan kedua kakinya ditekuk.

Ananta mendongak dengan mata memerah, ia menatap kembarannya dengan sorot mata sendu, perlahan ia mendekat dan mendekap tubuh adiknya yang bergetar.

"Gapapa, its okay, ini salah gue yang terlalu cupu haha, udah gausah nangis, kasian Ara pasti ga tenang kalau lo nangis gini."

Anatha mendongak menatap Ananta yang sudah melepaskan pelukannya.

"Harusnya gue yang ngomong gitu! Elo yang gaboleh nangis berlebihan, lo itu laki, dan elo gak cupu! Kembaran gue itu gak cupu!" ucap Anatha dengan suara seraknya.

Ananta tersenyum lalu mengusap air matanya.

"Adek gue nih." ucap Ananta lalu mendekap Anatha namun langsung dilepaskan oleh Anatha.

"Bau njir, lo belum mandi ya?" ucap Anatha sambil menutup hidungnya.

"Hehe, gue kan tadi abis bangun tidur langsung liat HP, dan gak sengaja liat notif channel berita langganan gue, disitu mereka ngabarin kalau dia udah gaada, ya trus gue langsung ke kamar lo deh." ucap Ananta tersenyum kecut.

ANATHA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang