40

1.8K 236 32
                                    

Hai semua!

Apa kabar? Baik ya semoga. Maafkan saya karna lama update, sebenarnya hari-hari kemarin saya sedang merasa insecure dan enggak merasa percaya diri. Ada banyak hal yang membuat saya menjadi seperti itu, dan saya minta maaf untuk kalian semua yang sudah lama menunggu kelanjutan cerita ini. Oh iya, part 40 kemarin saya unpublish karena saya merasa tidak nyambung hehe:) dan maaf saya hanya bisa mempublish part 40 new version! Part 41 mohon ditunggu ya man teman:))

—New Version!
—Bila ada typo mohon ditandai!
—jangan lupa meninggalkan jejak!

Happy Reading 📖

Anatha menatap Zidan dalam-dalam, ia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh lelaki itu, pandangannya kosong dan raut wajahnya ketara sekali dia sangat menyesal, namun menyesal dalam hal apa?

Anatha sendiri sudah siuman dari 1 jam yang lalu, namun Zidan tak menyadarinya karna ia sibuk dengan pikirannya sendiri, Anatha juga hanya diam saja tak berniat untuk mengajak ngobrol Zidan.

"Lo udah sadar?" Zidan akhirnya bertanya dengan pandangan perlahan menatap mata Anatha.

"Hm." balas Anatha cuek seraya mengalihkan pandangan.

Zidan tersenyum tipis.

"Gue gak mau lo jadi arwah penasaran tha, itu bukan raga lo."

"Tapi pemilik raga ini sendiri yang minta gue buat berada di dalam raganya zidan." balas Anatha sedikit greget.

"Bohong, arwah yang selalu datengin lo itu bukan arwah aslinya Nasyara." ucap Zidan kekeh.

Anatha berdecak.

"Terus, lo mau apain gue?"

"Bunuh? Biar gue gak jadi arwah penasaran lagi?" lanjut Anatha mendahului Zidan yang hendak berbicara.

Zidan diam, namun matanya masih menatap Anatha.

"Itu semua belum tentu ngaruh Zidan! Gue bisa pindah di tubuh Nasyara adalah sebuah keajaiban yang luar biasa menurut gue, dan gue ingin banget ngerasain kebahagiaan yang lengkap dengan adanya keluarga Nasyara, tolong Zidan, jangan pisahkan gue sama mereka, gue juga ingin mewujudkan keinginan Nasyara."

"Gue cinta lo Anatha."

Anatha terdiam, ia mendecih kecil.

"Gue enggak." balas Anatha santai.

Zidan masih tenang, tak ada raut kemarahan yang tertera di wajahnya.

"Itu hak lo, tapi yang paling penting lo harus keluar dari raga Nasyara."

Anatha berdecak.

"Lo cinta gue, tapi lo mau nyakitin gue? Hah basi! Lo itu pembohong terbesar yang pernah gue temuin Zidan!"

"Ini salah satu cara agar kita bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya Anatha, setelah lo mati... " Zidan memotong ucapannya, tatapannya yang tadinya menyendu kini menjadi penuh cinta.

"Gue akan mati juga." lanjut Zidan sambil tersenyum tipis.

Anatha memejamkan matanya agar tidak mengangkat brankar yang ia tiduri dan membanting nya ke kepala Zidan.

"Lo bego, atau di begoin sih Zidan?! Teori dari mana coba, ngadi-ngadi." Anatha berucap sambil memijat pelipis kepalanya.

"Gue tau itu semua dari nenek yang ngasih tau kalau jiwa lo pindah ke raga Nasyara."

Anatha membelalakkan matanya.

"Pantes sesat." gumam Anatha dengan mata berkaca-kaca.

"Zidan, lo mau apa dari gue selain gue mati?" tanya Anatha tiba-tiba.

ANATHA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang