30

3.1K 361 16
                                    

Hallo

Sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudah mau memberikan vote, jangan lupa vote part ini juga ya teman.

📖Happy Reading 📖

Gavin melangkah santai memasuki mansionnya, saat melewati ruang keluarga dia tak sengaja mendengar perbincangan kedua orangtuanya mengenai hal yang tampak serius.

Bodoamat dengan sikapnya yang mungkin dianggap tidak sopan karna berani menguping pembicaraan orangtuanya, ia sangat penasaran saat ini.

Gavin memposisikan tubuhnya dengan bersembunyi di balik lemari kaca besar yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang keluarga.

"Aku gak butuh persetujuan kamu mas, aku tetep pengen ibu kamu tinggal disini!" ujatr ibu Gavin membuat Gavin mengerutkan keningnya.

Ibu ayahnya? Apakah nenek tua yang dua hari yang lalu ditemui olehnya di taman itu? Nenek tua yang memberitahunya tentang transmigrasi perpindahan jiwa?

Pertanyaan itu bersarang diotak Gavin.

Hingga kini Gavin menghampiri kedua orangtuanya dan membuat kedua orang yang sedang berselisih itu terdiam melihat anak mereka yang sepertinya mendengar perdebatan mereka.

"Aku mau nenek tinggal disini." ucap Gavin dingin. Fitya—ibu dari Gavin tersenyum lembut saat mendengar ucapan anak bungsunya.

Sedangkan Riko—ayah dari Gavin, berdecak kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Gavin, sini duduk nak, kami bawakan oleh-oleh dari Jogja khusus buat kamu." ujar pria itu mengalihkan pembicaraan.

Gavin berdecak.

"Yah, aku gamau tau pokoknya nenek harus tinggal sama kita titik!"

"Tapi nak—"

"Aku setuju sama ucapan Gavin dan bunda yah, apa salahnya sih kalau nenek tinggal disini sama kita?" celetuk seorang pria yang muncul dari arah tangga dengan dibantu jalan oleh dua orang di kedua sisinya.

"Nak, kamu jangan kebanyakan gerak dulu, kamu habis keluar dari rumah sakit loh!" pekik Fitya yang langsung berlari kearah anak sulungnya.

Cowok itu tersenyum lembut kearah ibunya, "Gapapa bun, aku udah sehat!" ucapnya.

"Hilih sehat apaan, muka pucet gitu." hardik Gavin menatap kakaknya remeh dari bawah.

Erlangga menatap Gavin sengit, pemuda yang usianya menginjak kepala dua itu menatap adiknya dingin.

"Diem deh lo bocil."

"Wah ngajakin ribut hm? Gue toel perut lo pasti langsung nangis. Cih!" Gavin menatap perut  Angga rendah.

"Heh! Lo ya—"

"Ehhh udah-udah! Kenapa yang ribut malah kalian?! Sekarang Gavin antar Erlangga ke kamar, urusan nenek nanti ayah pikirkan." ucap Riko yang pusing mendengar keributan kedua anaknya.

"Gamau yah!" tolak Gavin mentah-mentah.

"Yaudah biar bunda." ucap Fitya.

ANATHA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang